Artikel: Bunyamin ]*
Ujian Ideologi Warga Muhammadiyah saat pencoblosan
Hari H Pemilihan Umum (Pemilu) tinggal hitungan jam. Kini tahapan masa tenang. Setelah sebelumnya tahap kampanye terbuka bagi calon presiden-calon wakil presiden juga calon legislatif diberlangsungkan Komisi Pemelihan Umum (KPU) mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Pesta demokrasi lima tahunan telah menjadi budaya berpolitik bagi Warga Negara Indonesia yang di dalamnya antara lain terdapati juga anggota atau warga Muhammadiyah.
Di sini penulis menyebut secara khusus warga Muhammadiyah, karena tulisan ini sekaligus memiliki tujuan sebagai bagian refleksi pikiran bagi anggota persyarikatan dalam menghadapi Pemilu 2024. Pasalnya, di internal Muhammadiyah sebagai organisasi, tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh beragam ideologi Islam mau pun ragam ideologi politik lainnya yang saat ini sedang berkembang mengikuti gejolak zaman.
Satu Abad Muhammadiyah
Lebih satu abad sudah, Muhammadiyah menjadi wahana gerakan da’wah Islam berkemajuan. Dalam menjalankan gerakan da’wah ini, persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 1912 memulainya dengan ruju’ kepada Alqur-an dan Sunnah Maqbullah serta mengajak ummat atau jamaah untuk melakukan purifikasi pikiran sebagai upaya memurnikan aqidah dan ibadah dari unsur-unsur kemusyrikan (luar Islam) seperti kepercayaan dan ritual masyarakat lokal yang dipengaruhi ajaran agama terdahulu.
Tercatat sudah, da’wah Islam berkemajuan telah menjadi gerakan yang mengandung nilai ideologis. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir pernah menyebut bahwa Muhammadiyah dalam perspektif ideologi keagamaan merupakan gerakan Islam berideologi kemajuan dengan misi da’wah dan tajdid (purifikasi pikiran) sebagai identitas gerakannya.
Ideologi Warga Muhammadiyah
“Idiom ‘kemajuan, ‘maju’, ‘memajukan’, dan ‘berkemajuan’ telah melekat dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga dalam perjalanan berikutnya,” sebut Haedar.
Dalam Statuten tahun 1912, tercantum kata ‘memajukan’ dalam frasa tujuan Muhammadiyah, yaitu: “…b. Memadjoekan hal Igama kepada anggauta-anggautanja”.
Kiai Dahlan, sebut Haedar, kerap mengungkapkan pentingnya berkemajuan. Menjadi kiai, jadilah kiai yang maju. Semua langkah Kiai Dahlan dan Muhammadiyah melalui kepeloporan pembaruan sistem pendidikan, kesehatan, sosial, gerakan perempuan, dan lainnya merupakan gerak kemajuan.
Ideologi kemajuan itulah yang kemudian direpresentasikan dalam pandangan ‘Islam Berkemajuan’ sebagaimana pernyataan pikiran Muhammdiyah Abad Kedua hasil Muktamar 2010. Muhammadiyah memandang, Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai ajaran tentang kemajuan untuk mewujudkan peradaban ummat manusia yang utama.
Kemajuan dalam pandangan Islam melekat dengan misi kekhalifahan manusia yang sejalan dengan sunatullah kehidupan, karena itu setiap muslim baik individual maupun kolektif berkewajiban menjadikan Islam sebagai agama kemajuan (din al-hadharah). Dan ummat Islam sebagai pembawa misi kemajuan yang membawa rahmat bagi kehidupan.
Sedangkan kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek, baik dalam kehidupan keagamaan mau pun dalam seluruh dimensi kehidupan yang melahirkan peradaban utama sebagai bentuk peradaban alternatif yang unggul secara lahiriah dan ruhaniah.
Masa Tenang Pemilu 2024
Menyongsong pemungutan suara pada 14 Pebruari 2024, gerakan ideologi berkemajuan senyatanya telah dibawa para tim sukses yang berasal dari internal warga Muhammadiyah; Terutama pada upaya pemenangan di tiga pasangan calon presiden-wakil presiden.
Ada sebaran relawan calon presidan-calon wakil presiden yang dianggap fokus kepada ceruk Muhammadiyah; Antaranya terhimpun dalam Relawan Garda Matahari dan Milennial untuk Perubahan (MU Perubahan) yang menggalang dukungan bagi pemenangan Capres-Cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Kemudian terdapati pula komunitas warga Muhammadiyah dalam Relawan Matahari Pagi, Bergerak 1912, Perempuan Muda Matahari dan Aliansi Muda Indonesia Maju (ALIMM) yang mendukung Capres-Cawapres Prabowo-Gibran. Selanjutnya Gerakan Persyarikatan Berkemajuan (GP Berkemajuan), Gerak Matahari, Relawan Gerakan Matahari (RGM) dan Ganjar Gaskeun Milenial Unity (GG-MU) sebagai pendukung pemenangan pasangan Capres-Cawapres Ganjar-Mahfud.
Kedekatan dengan Partai Politik
Dinamika yang terjadi pada warga Muhammadiyah adalah hal yang sangat wajar terjadi sebagai buah dari sikap Muhammadiyah secara organisasi yang memberikan kebebasan kepada warganya dalam menentukan pilihan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Muhammadiyah, secara organisasi menjaga kedekatan yang sama kepada semua paslon presiden dan partai politik. Yang harus terus digaungkan antar warga Muhammadiyah dalam perbedaan pandangan dan sikap politik, adalah saling mengingatkan bahwa Muhammadiyah secara organisasi telah memiliki garis ideologi yang jelas dan tegas; Termasuk dalam bidang politik yang termuat dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) pada Bab Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Karenanya, cara pandang dan sikap politik warga Muhammadiyah sekaligus sebagai ujian menafsirkan dan melaksanakan Ideologi Muhammadiyah.
Jika mengacu kepada PHIWM dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka dipastikan warga Muhammadiyah pada 14 Pebruari 2024 tidak ada yang golput, pasti memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara (TPS) masing-masing. Sebagai warga persyarikatan yang mendasari amaliah dengan ruju’ kepada Alqur-an dan Sunnah Maqbullah serta garis Ideologi Muhammadiyah, maka dalam menentukan pilihan kepada kontestan pemilu akan memilih calon yang memiliki kedekatan dengan ideologi dan garis perjuangan yang telah ditanamkan Muhammadiyah.
]* Bunyamin, adalah Wakil Ketua PWM DKI Jakarta, Dosen UHAMKA.