Oleh Anwar abbas
IMBC News | Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS hingga Februari 2023, jumlah petani di negeri ini tercatat, sekitar 40,69 juta orang.
Meskipun dari jumlah tersebut tidak semuanya hanya fokus pada profesi petani, tapi masih berkaitan dengan sektor pertanian. Jumlah ini jelas sangat besar bahkan melebihi jumlah penduduk negara tetangga kita malaysia yang hanya berjumlah sekitar 33,4 juta jiwa.
Tetapi sayang banyak dari para petani kita tersebut kehidupannya masih sangat jauh dari yang diharapkan. Salah satu masalah yang mereka hadapi adalah masalah pupuk.
Seringkali pupuk bersubsidi yang mereka perlukan tersebut tidak ada, padahal tanamannya sudah saatnya untuk dipupuk.
Akibatnya mereka terpaksa membeli kepada pedagang pupuk yang sudah punya hubungan dengan distributor dengan harga yang jauh lebih mahal.
Bahkan tidak jarang karena harga pupuk sangat mahal para petani terpaksa berhubungan dengan para tengkulak dimana mereka dipinjami pupuk dengan kewajiban si petani nanti harus menjual hasil panennya kepada mereka tentu saja dengan harga yang jauh lebih murah.
Nasib malang seperti ini malah lebih banyak dan lebih parah lagi menimpa para petani di lahan pegunungan dan eks hutan karena dalam ketentuannya mereka yang menggarap lahan pegunungan (tadah hujan) tidak bisa mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi seperti yang didapat oleh petani yang menggarap areal persawahan.
Di sinilah peluang bagi para aparat yang tidak bertanggung jawab dan para tengkulak untuk mengeruk keuntungan karena mereka jelas akan menguasai pasar pupuk dan hasil panen dari para petani terutama yang menanam komoditi jagung dengan membeli di bawah harga pasar.
Nasib buruk ini akan semakin lebih mengenaskan lagi ketika komoditi yang mereka produksi sudah tiba waktunya untuk di panen, lalu harga komoditas tersebut jatuh sehingga mereka rugi bahkan tidak jarang mereka terlilit hutang.
Demikianlah potret dari sebagian besar petani kita padahal semua kita tahu bahwa kita sangat butuh terhadap komoditi yang mereka produksi tetapi yang menjadi masalah sejauhmana perhatian dan kepedulian kita terhadap masalah dan nasib mereka.
Pemerintah memang telah membuat kebijakan-kebijakan tapi perilaku aparat kita juga banyak bermasalah karena tidak jarang pupuk bersubsidi tersebut mereka alihkan dan jual ke pengusaha agrobisnis yang punya modal besar.
Akibatnya, apa yang dinginkan pemerintah dengan kenyataan yang ada di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga nasib para petani kita benar-benar masih sangat memprihatinkan.
Dan kita tentu saja tidak mau hal itu terjadi apalagi kejadiannya berketerusan.
Penulis adalah Ketua PP Muhammadiyah