Laporan Theo Yusuf dari Austria
IMBCNews, Salzburg | Musik adalah bagian jantung kehidupan. Musik, mengajarkan untuk berprilaku yang lembut, keras dan ujungnya menuju keharmonian kehidupan sebagai tujuan utama.
Kalangan gereja, lebih banyak mendendangkan lagu-lagu sebagai sarana penyampaian Keagungan Tuhan. Sehingga dipandang perlu menyerasikan otak kanan dan kiri. Perlu bagi seorang pemimpin bijak, sekaligus sebagai sarana kritik terhadap pemimpin otoriter, misalnya.
Nah, pada titik itulah orang, –utamanya anak muda– perlu mengenang komponis, pengarang dan penggubah musik klasik karya Wolgang Amandeus Mozart; Seorang Austria yang lahir pada 27 Januari 1756 di Kota Salzburg.
Karya Mozart lebih dari 700 judul lagu; Termasuk, lirik-lirik lagu gubahan yang disesuaikan.
Diakui dunia sudah, karya Mozart dapat meningkatkan kreatifitas anak muda atau kaum milenial dalam berkreasi. Karena, ia mengajarkan lagu dengan nada lembut, pelan, sesekali keras dan seterusnya, yang diyakini dapat menghilangkan rasa penat dan capek setelah membaca, belajar dan bekerja.
Itu sebab, karya Mozart melegenda. Hingga kini, lagu-lagunya masih didengarkan di seantero jagat; Dari mulai acara peringatan kelahiran anak, karaokean, acara kenegaraan, hingga peringatan kematian mereka menyayikan lagu-lagu karya Mozart.
Tour Leader Elsa AFT dari Hobi Holidays Tours East Jakarta, Indonesia, menjelaskan kehebatan Kota Salzburg. Menurutnya, hampir semua tour ke Austria diarahkan ke Salzburg, karena kota ini banyak menyimpan sejarah.
Elsa juga menyebut, bahwa Salzburg bukan hanya terkenal sebagai ibu kota kesenian. Akan tetapi juga, kota ini tempat wisata yang menyenangkan. Kota ini dikaruniai Pegunungan Alpen yang tak putus dengan saljunya.
Salzburg artinya adalah garam. Saat tahun 1840-an, negeri ini terkenal sebagai tambang garam.
Dalam catatan Unesco, Salzburg juga tercatat sebagai kota yang dilindungi. Sekaligus Salzburg sebagai kota kesenian dan kebudayaan, termasuk wisata Pegunungan Alpen.
Elsa yang daerah asalnya dari Ternate mengajak mengunjungi ke tempat kelahiran Mozart tersebut. Dan kota ini, sekarang sudah diambil-alih oleh Pemerintah Austria sebagai museum musik dan kebudayaan.
Departemen Pariwisata atau Kemenpar Indonesia, tak salah jika belajar kepada Gubernur Salzburg dalam tata kelola kota dan melindungi situs-situs bersejarah.
Pasalnya, di balik tata kelola seperti Salzburg, akan dapat mendatangkan devisa yang terus berjalan. Yaitu, efek dari kunjungan wisatawan. Tentu juga, hal tersebut berpotensi meningkatkan pertumbuhan perhotelan, kuliner, transportasi dan efeknya meningkatkan ekonomi lainnya. (Theo Yusuf/IMBCNews)