IMBCNews, Karawang | Kabupaten Karawang dikenal dengan daerah pertanian padi; Bahkan kesohor sebagai lumbung padi. Hanya saja, pada akhir-akhir ini, pengasilan padi terbesar di Jawa Barat bergeser ke Kabupaten Indramayu. Sedangkan Karawang turun menjadi penghasil padi terbesar kedua.
Ketua Kelompok Tani Srimukti 2 Ustadz Hasan Fudholi di Desa Panyingkiran Kecamatan Rawamerta, Selasa, mengatakan bahwa kemerosotan hasil panen, ada yang diakibat serangan hama sundep atau penggerek batang padi. Dan ada juga akibat serangan tikus.
“Selain hama tersebut, penyebab lainnya adalah tanah sawah yang keadaannya sakit. Ini akibat kurang jeda waktu antara musim panen ke musim tanam. Kurangnya jarak waktu ini bisa berdampak pada PH tanah jadi rendah,” jelas dia.
Menyinggung soal PH tanah tersebut, dibenarkan oleh salah seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Pembenaran ini tidak memperoleh bantahan dari Ketua Unit Pelaksana Teknis Dinas ((UPTD) Pertanian dan BPP Kecamatan Karawang Barat drh Sri Hardiyanti, di kantornya, Rabu (6/6/2024).
Sri Hardiyanti mengatakan, sebenarnya yang terjadi di Kecamatan Karawang Barat, terlebih yang isukan dengan gagal panen atau puso di Kelurahan Mekarjati, tidaklah terlalu besar persentasenya jika dibandingkan dengan luas lahan yang saat ini mulai memasuki musim panen.
“Untuk luas areal sawah bisa juga mengacu kepada kelompok tani masing-masing. Untuk Kelurahan Mekarjati ada 15 poktan, masing-masing poktan membawahi pengelolaan lahan sekitar 45 hektar dan tidak ada poktan membawahi 60 hektar lahan,” katanya.
Menyoal kerusakan tanaman padi di lahan beberapa poktan, sebut dia yang dibantu PPL, mengakui memang ada tanaman padi yang terkena hama; Sehingga menyebabkan perolehan hasil panen merosot. “Cuman, tidak semua tanaman padi di sawah yang sempat diganggu hama dapat dikatagorikan puso lho ya. Tidak semua,” cetus Sri Hardiyanti.
Lebih lanjut ia mengemukakan, yang dapat dikatakan puso itu, kalau tanaman padi; Misalnya di lahan seluas 1 hektar kemudian 80 atau 75 persennya rusak sehingga padi yang dapat dipanen hanya 20 sampai 25 persen saja.
Ia juga menjelaskan, luas sawah teknis di Kecamatan Karawang Barat total mencapai 1.800 hektar. Subsidi dari APBD untuk Asuransi berkait petani yang mengalami gagal panen hanya 200 hektar. Subsidi ini untuk membayar premi Asuransi Jasindo, tiap petani hanya bayar Rp36.000 per hektar per musim tanam. Kalau untuk premi satu tahun, petani membayar premi asuransinya sebesar Rp72.000 per hektar sawah.
Salah seorang warga petani dari Kampung KDY Kelurahan Mekarjati yang mengaku bernama Udih (55 thn), ketika melihat tanaman padi di sawah miliknya mengeluh; Karena padinya terancam gagal tumbuh normal. Padi di sawahnya, lebih separuh luas lahan tampak rusak akibat hama. Ia mengharap adanya bantuan dari pemerintah guna menekan kerugian dari hasil taninya.
“Melihat tanaman padi seperti ini saya hanya bisa ikhtiar melakukan perawatan sebisanya saja. Lebih banyak pasrah dan menunggu keajaiban. Soalnya sulit juga untuk menghindari gagal panen karena keadaan tanaman seperti ini, pohon padinya banyak yang rusak,” ungkap dan tunjuk Udih di hadapan awak IMBCNews, di lokasi sawahnya Kampung Tegal Koneng-Mekarjati, Kamis (7/6/2024).
Sawah milik Udih yang terletak di Dusun Tegal Koneng, tidaklah terlalu luas. Total lahannya sekitar 9.000 meter persegi. Melihat kondisi tanaman padi yang berpotensi gagal panen itu, Udih mengemukakan hendak mengurus asuransi namun tak mengerti.
“Saya tidak tahu cara mengurus asuransi, bagaimana dan di mana ya? Yang menguruskan asuransinya juga tidak ada. Bingung saya,” ceplos dia seraya berharap ada petugas pemerintah yang rela membantu. (adr/hhr/asy0606: lpt/lpg)