IMBCNEWS | Maros – Para pelancong wisatawan baik dari lokal maupun asing, menyusuri sungai Puteh, Ramang Ramang di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, membutuhkan nyali tersendiri meskipun punya sensasi yang dapat membuat jiwa merindiing.
Para wisatawan lokal yang umumnya dari daerah Sopeng itu, saat hendak naik maupun turun perahu kecil, bersamaan mengucapkan Asalamualaikum, bertanda agar alam bersikap ramah dengannya.
Warna air yang agak coklat, kapal kecil yang tanpa penerang, ditanbah hutan bakau yang cukup rimbun disepanjang sungai, membuat nyali menjadi merinding karena, jangan-janagan kapal nabrak bebatuan, mesin mati atau ada buaya lewat. Pikiran yang hidup itulah yang justru menantang dalam wisata menyusuri Pantai Puteh itu.
Kepala Dusun Solendrang Kabupaten Maros,Abdul Kadir kepada IMBCNEWS di Maros Jumat menyebutkan, tidak banyak para wisatawan yang berani menyusurrii sore hari apa lagi di malam hari. Tentu risikonya tinggi. Kebanyakan mereka menyusuri sungai Puteh, atau yang di kenal Wisata Ramang-Ramang dipagi sampai siang hari.
Wisata ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), karenanya wajar kalau sifatnya masih alami. Perahu yang mereka gunakan berkisar 6-8 orang, dengan biaya Rp 7.000 per orang, Kalau wisata itu bule, sebutan orang asing tarifnya naik dua k kali lipat.
Abdul Kadir yang mengaku sebagai kordinator para “Pejoloro” sebutan para pengemudi perahu kecil itu, menceritakan sulitnya mencari nahkah saat pandemi Covid 19 lalu. Saat ini sudah mulai banyak yang datang untuk melakukan penyusuran sungai ini.
“Kita ini pendapatannya tak lebih dari Rp2,5 juta per bulan, karena uang yang yang masuk di bagi-bagi untuk iuran Bumdes,30 persen, sisanya untuk operasional, beli bensin, ngopi dan rokok.
“Jumlah perahu saat ini sekitar 250 buah, sementara jumlah pendatang, ramainya saat hari libur. Karena itu kita buat sistem antri agar semua Pojoloro mendapatkan bagian,” katanya, seraya menambahkan, para juru mudi tentunya sulit untuk menjadikan anak-anak mereka dapat melanjutkan bangku sekolah ke tingkat perguruan tinggi.
Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Allah atau Tuhan sudah memberi kemudahan. Sungai ini banyak ikan mujaer, ikan nila dan bandeng. Mereka selain mengemudii, juga mencari ikan yang dapat di jual di pasar lelang. Yang menjadi masalah, kerakusan atau ketamakan manusia itulah yang dapat mengganggu ekosistem ligkungan.
Ia mencontohhkan, untuk cara mudah mendapatkan ikan, mereka menggunakan alat peledak sehingga semua dapat mati termasuk ibit-bibit ikan.Selain itu ada juga yang membuang limbah demi mengurangi biaya perusahaan. Perbuatan tamak dan rakus oleh manusia itulah yang dapat membuat orang lain menjadi sulit untuk mencari makan.
Oleh karena itu warga Ramang-ramang Kab. Maros berterimakasih kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno yang ikut memikirkan kelangsungan wisata ini untuk masa depan. “Pak Menteri Sandiaga Uno telah membantu sekitar Rp9 miliar untuk perbaikan dan peremajaan dermaga-dermaga yang tidak layak,” katanya.
Ramang-Ramang merupakan gugusan batu Karst yang menarik bagaikan sebuah hamparan hutan batu, bahkan menyerupai sebuah taman batu yang eksotik dan indah dengan kharakteristik berbeda dan jarang dijumpai di tempat lain. Konon merupakan pegunungan kapur terbesar ketiga di dunia setelah yang ada di Cina dan Vietnam.
Untuk itu, seyoginya Pemerintah Derah Sulsel tertarik membenahi melalui mitigasi air bersih agar tidak keruh dan berwarna coklat, termasuk merapikan jalan sepanjang sungai agar lebiih menarik lagi. Saat ini sudah banyak investor lokal yang membangun distinasi atau pemberhentian perau kecil itu. Tetapi belum mendapat arahan yang baik sehinggga yang dijual terbatas pada kopi panas dan air aqua.
Seorang dokter spesialis yang juga dosen di Universitas Hassanudin, Rafidawati Alwy atau sering dipangil Alle, yang memfasiltasi penyusuran sungai Puteh menambahkan, tempat wisata ini masih dapat dioptimalkan, atau dibangun lebih menarik. Dengan demikian, trikle down effect atau dampak samping kepada pertumbuhan ekonomi sekitar akan maju dan pada giliranya pendapatan mereka akan naik.
Di lokasi yang berjarak kurang lebih 40 KM dari kota Makassar, tepatnya terletak di dusun Ramang-Ramang, DS. Salenrang, Kecamatan Bontoa, Maros, saat ini untuk menjangkau tempat tersebut punya tantangan jalan banyak berlubang dan kemacetan sering mengular.
IMBCNWS/diolah/**