IMBCNEWS Jakarta | Panglima TNI Agus Subiyanto membahas sejumlah isu terkini dengan Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) Charles Q. Brown. Jenderal TNI Agus Subiyanto membahas sejumlah isu penting dengan AS. Brown menegaskan, harapannya agar hubungan antara militer AS dan TNI yang telah terjalin erat dapat ditingkatkan. Indonesia bagian pentig dari geopolitik di kawasan Timur.
“Kami ingin mengucapkan selamat atas posisi Anda yang baru sebagai Panglima. Dan saya juga sangat setuju ada hubungan yang sangat baik antara Amerika dan Indonesia,” ujar Brown dari Markas Besar Angkatan Bersenjata di Pentagon, Washington DC, AS pada Kamis kemarin.
Diatakan, kepemimpinan Panglima TNI di kancah regional penting terutama bagi keamanan di wilayah Indo Pasifik. Apalagi, katanya, keketuaan Indonesia di ASEAN juga telah membuat hubungan negara-negara anggota ASEAN semakin erat sehingga mendorong terciptanya stabilitas keamanan di kawasan. Brown juga menyampaikan mendukung penuh upaya Panglima TNI melakukan modernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI dalam rangka menjaga kedaulatan negara.
Menanggapi Brown, Panglima TNI Agus Subiyanto mengatakan, ingin mewujudkan Alutsista TNI yang modern supaya bisa menghadapi tuntutan tugas dan ancaman sesuai dengan dinamika geopolitik dan geostrategis dunia. Agus menyampaikan AS telah berkontribusi dalam program strategis TNI seperti pengadaan pesawat Hercules dan peningkatan pesawat tempur F16.
“Amerika Serikat selalu menjadi partner yang terbaik terutama bagi wilayah kami untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran di wilayah,” ujar Agus Subiyanto.
Pesawat Mirage 2000-5 milik Angkatan Udara Taiwan terlihat di Pangkalan Udara Hsinchu, di Hsinchu, Taiwan, 11 Januari 2023. Kementerian Pertahanan menunda pembelian 12 jet tempur Mirage 2000-5 karena
Hubungan dengan Indonesia Penting Bagi AS
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sri Yanuarti menilai komunikasi Panglima TNI dan pemimpin militer AS tersebut sebagai hal yang penting bagi kedua negara. Kata dia, bagi AS, hubungan militer yang baik dengan Indonesia dapat menyeimbangkan kekuatan China, terutama terkait konflik di Laut China Selatan. Termasuk keseimbangan di Selat Malaka yang merupakan jalur sibuk bagi AS dan Eropa.
“Jadi saya pikir Amerika Serikat berkepentingan, meskipun tidak berdampak langsung dan bukan daerah yang diklaim langsung. Tapi itu terkait kepentingan mereka sebagai balance of power,” ujar Sri Yanuarti kepada VOA, Minggu (28/1).
Sedangkan bagi Indonesia, hubungan militer dengan AS dapat memperkuat Indonesia dalam memenuhi Minimum Essential Force (batas minimal kekuatan pokok militer yang harus dimiliki suatu negara), terutama untuk penguatan Alutsista pada periode presiden baru mendatang dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) mendatang.
Kendati, kata Yanuarti, pengadaan Alutsista TNI kini tidak terlalu bergantung kepada AS seperti pada masa reformasi. Sebab, Indonesia saat ini dapat belanja Alutsista dari negara-negara di Eropa.
Selain itu, menurut Yanuarti, upaya menjaga hubungan baik ditunjukkan dalam bentuk latihan bersama yang digelar AS dan Indonesia setiap tahun seperti Super Garuda Shield.
“Komunikasi ini dibangun untuk penjajakan pengamanan Laut China Selatan dan penjajakan untuk penguatan Alutsista TNI di presiden baru mendatang,” tambahnya.
imbcnews/voa/diolah/