Oleh Asyaro G Kahean
Salah satu yang menarik perhatian Kafilah Penggembira Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 dari PCM Matraman, adalah mengunjungi museum berlokasi di Kamus IV UAD dan masih baru diresmikan. Umumnya peserta kafilah ingin melihat konten museum dari dekat, untuk menambah isi pikiran, di mana informasi kunjungan ini dijelaskan juga oleh panitia menjelang pemberangkatan.
Soal konten museum yang disignalkan, layaknya ada kesesuaian dengan yang pernah disampaikan Wiwied; Intinya, semua yang bercerita mengenai lintasan sejarah Muhammadiyah, peran kebangsaan dan keummatan, serta semua dinamika persyarikatan, akan lebih jelas gambaran pada alat bukti kesejarahannya di Museum Muhammadiyah.
Muhammadiyah, sebagaimana diungkap Wiwied, telah dikenal oleh masyarakat luas sebagai sebuah organisasi masyarakat (ormas) yang sarat dengan nilai amaliahnya. Ormas yang bercorak ruju’ kepada Alqur-an dan Sunnah Makbullah ini bergerak di segala lini dari sektor keagaaman, kebangsaan, sosial, hingga ekonomi.
Sekarang, lebih ditingkatkan melalui tema Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta yakni persyarikatan dipacu terus membangun kemajuan bangsa dan menjangkau peradaban universal melalui kerja-kerja strategis: Mencerahkan semesta. Semua itu dapat disaksikan di Museum Muhammadiyah yang turut diiniasi cicit KH Ahmad Dahlan.
Wiwied saat itu juga sempat menyinggung, konten di museum akan berusaha menonjolkan sisi-sisi nilai yang selama ini sarat dengan pergerakan Muhammadiyah dalam upaya memajukan bangsa. Ia memandang, tidak kalah penting adalah ketokohan para aktivis Muhammadiyah. Mereka itu telah bergerak di berbagai wilayah dan daerah dan akan muncul juga di museum tersebut.
“Kita sudah pernah inisiasi untuk menulis sebuah sejarah tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ada di daerah; Masya Allah sekali, perjuangan mereka terhadap da’wah amar ma’ruf nahi munkar, sarat akan nilai. Inilah yang juga ingin kita tampilkan di Museum Muhammadiyah,” ungkapnya.
Mengenai storyline di Museum Muhammadiyah, akan mengulas tentang dinamika organisasinya. Linimasa itu menceritakan lahirnya Muhammadiyah dari Yogyakarta lalu bergerak ke berbagai wilayah seperti ke Sumatra Barat. Tak lupa juga pergerakan di Jawa Timur, Jawa Barat, dan penyebaran ke seluruh nusantara; Sehingga, pergerakan Muhammadiyah menembus dunia internasional.
Yayum Kumai menulis di web: news.schmu (9/12/2022), bercerita mengenai suka-duka ketika beberapa seniman turut aktif dalam menata material yang hendak dipamerankan. Ia membuat catatan yang mengisahkan, tim kreator berusaha membuat narasi efektif dalam upaya lebih memahamkan material yang dipajang di museum. Penarasian-penarasiannya dibuat dengan pendekatan agar dapat menyentuh interes audience (pengunjung) dengan kalimat yang singkat namun padat makna. | Bersambung….