IMBCNEWS. COM_Halima Rahakbauw (55) seorang pencari kerang di Desa Wali, Kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Provinsi Maluku, bernasib malang. Bagaimana tidak, Halima yang saat Selasa pagi, sedang pergi mencari bia (kerang), di bibir sungai Wali, diduga meninggal karena diterkam buaya, Selasa, 20 Agustus 2024, di sungai Wali.
“Sekira pukul 10.15 WIT, penjabat Desa Wali Sufroyanti Seknun mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Bursel melaporkan peristiwa buaya menerkam jasad Orang Tidak Kenal (OTK) dan meminta anggota Polres untuk melakukan pencarian, ” kata Kepala SPKT Ajun Ispektur Dua (Aipda) Abson Tonga, kepada media ini, Selasa, 20 Agustus 2024, di Namrole.
Laporan tersebut langsung ditindak lanjuti Ka SPKT bersama piket Perwira Pengawas (Pawas) Inspektur Dua (Ipda) Bastian Tuhuteru dan Kasat Samapta Inspektur Satu ( Iptu) Daniel Apituley serta empat personelnya
“Setiba di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tepatnya di sungai Wali, personel dan masyarakat langsung melakukan penyisiran dan pencarian di sekitar tepi sungai Wali, ” ujar Tonga.
Setelah dua jam berlalu, tepatnya pukul 12.28 WIT, Bintara Pembina Desa (Babinsa) Desa Namrinat, Sertu Aouta Tuarea, melakukan penembakan sebanyak empat kali pada buaya, yang membuat buaya dengan panjang empat meter itu tewas di tempat. Saat di lakukan evakuasi buaya, ditemukan sedang menerkam jenazah korban.
“Sekira pukul 12.37 WIT masyarakat Desa Wali memisahkan jenazah korban, baru di ketahui identitas jenazah adalah masyarakat Desa Wali. Diduga korban di terkam buaya Saat korban sedang mencari kerang di bibir sungai Wali, sekitar pukul 07.30 WIT, ” kata Abson.
Sesudah ditemukan jenazah korban, diketahui jenazah adalah seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya berjualan kerang di Pasar Namrole. Sekitar pukul 12.40 WIT, jenazah korban kemudian di evakuasi ke rumah korban oleh pihak keluarga.
Terpisah, salah satu saksi mata, Babinsa Desa Oki Baru Sersan Satu (Sertu) Ali Rahangmetan kepada wartawan menuturkan, saat dirinya pulang apel, dan melintasi jembatan Wali, sekitar muara sungai, dia melihat ada penggalan tubuh kaki manusia, yang melayang di atas air dibawa oleh buaya.
“Sekitar 10.30 WIT, saya melihat ada orang berenang, tapi tidak terlihat badannya, hanya nampak kakinya. Untuk memastikan itu, saya maju sekitar 15 meter, saya turun dari mobil dan setelah saya melihat jelas kalau itu manusia yang dimakan buaya, setelah itu saya melaporkan ke Penjabat Desa dan aparat setempat dan menghubungi masyarakat untuk bantu mencari, ” ucap Rahangmetan.
Untuk memastikan itu hewan atau manusia, dia mengaku langsung turun, guna memastikan apa benar itu orang, ternyata itu orang
“Saya tidak tahu itu berawal dari pantai, tapi saya melihat dari sebelah kanan jembatan. karena saya berada di atas mobil. Nampak buaya sedang berjalan, membawa mayat yang jelas tidak diketahui ciri-ciri orang tersebut, baik jenis kelamin dan kepalanya tidak nampak lagi, hanya terlihat kaki dan tali perut (usus-red), ” ujar Ali yang anggota Komando Rayon Militer (Koramil) 02/Leksula ini.
Dia mengaku, saat itu, belum diketahui apakah orang tersebut warga desa setempat. Sebab, mereka sedang melakukan pengecekan untuk mengetahui identitas korban.
Adalah Salah satu keluarga korban, Jamia Seknun, mengaku melihat almarhumah pagi hari berjalan sambil memegang ember yang biasanya dipakai untuk mengisi kerang.
“Beta seng tahu itu jam berapa lai, tapi beta bangun antua lewat sendiri pi cari bia. Yang jalan duluan itu katong pung ponakan baru habis itu antua. Tapi ponakan pulang duluan, antua balom pulang, (saya tidak tahu itu jam berapa, tapi saya bangun, beliau lewat pergi mencari kerang. Yang berjalan duluan itu ponakan kita, baru sesudah itu beliau. Tapi ponakan pulang duluan, beliau belum)” kata Seknun.
Menurut Jamia, Almarhumah berangkat pagi, karena takut siang air sudah pasang. Mamanya berteriak kalau buaya ada makan orang. Saya tanya apa betul buaya ada makan orang, ternyata betul. Awalnya tidak tahu itu siapa.
“Cuma beta tapukul. Beta tanya dong dua yang pi cari bia su pulang balom. Yang nama Mega dan mama Halima. Dong bilang, Mega su pulang, makanya beta bilang pi cek di Wasanrua sampe Wamsoba, beta pung firasat ini antua sudah (saya terpukul, saya tanya mereka dua yang pergi cari kerang ini sudah pulang belum, yang nama Mega dan mama Halima. mereka bilang Mega sudah pulang, makanya saya bilang pergi cek di Wasanrua. Saya punya firasat ini beliau sudah), ” tutur Seknun.
Pantauan media ini, buaya berukuran empat meter yang telah tewas ditarik warga ke daratan dibantu Kepolisian Resor (Polres) Bursel, kemudian buaya tersebut dipotong.