Dr. Encep Saepudin, S.E., M.Si
Perang itu mengerikan. Kagak ada kata indahnya.
Gambarannya berupa runtuhan bangunan. Kepulan debu dan asap dari barang-barang yang terbakar.
Mayat-mayat bergeletakan dengan tubuh tidak utuh. Bayangkan kalau mayat itu adalah tubuh kamu, kawan. Hiiii…
Jeritan kesakitan. Tangisan. Tatapan kosong penyintas. Singkatnya: segala model penderitaan terdapat dalam sebuah peristiwa perang!
Chika (2023) menegaskan bahwa perang dan ekonomi memiliki keterkaitan erat sejak zaman kuno. Perang juga yang mengubah peta kegiatan ekonomi dan politik antar negara.
Hingga Juni 2024, terdapat 56 konflik di seluruh dunia. Konflik ini melibatkan 92 negara, diluar perbatasannya.
Di antaranya, dua perang besar sedang berlangsung, yaitu Rusia vs Ukraina dan Palestina vs Israel. Kedua perang ini sudah sampai tahap membuat ketidakpastian (uncertainty) perekonomian global.
Perdagangan internasional kacau balau! Harga migas dan komoditas fluktuatif. Kesejahteraan dan kemakmuran pun menjadi impian mahal. Perang nuklir pun diambang mata.
Perang Palestina vs Israel memicu aksi boikot produk barang dan jasa yang diduga terafilisasi dan pendukung Israel. Menariknya, yang memboikot lintas agama dan negara. Kamu ikut boikot, kawan?
Perusahaan pertanian, makanan, minuman, transportasi, dan sebagainya mengalami kerugian juta dolar AS akibat boikot. Plus harga sahamnya pun tergerus aksi sentiment investor.
Islam membolehkan perang selama untuk memerangi kemungkaran dan kezaliman yang merugikan umat. Namun, Allah Swt memerintahkan para hamba-Nya agar tidak berlebihan dalam perang sebagaimana firmannya dalam QS Al Baqarah : 190, yaitu: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Selama Islam berkuasa selama 12 abad, perang tetap pernah terjadi. Namun alasannya bukan menyebarkan agama. Perang dilarang untuk memaksa orang-orang agar masuk Islam.
Hal ini tertuang dalam firman Allah Swt dalam QS Al Baqarah: 256, yaitu: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Bangsa Eropa dan kulit putih paling doyan perang. Simak saja pencetus dan pelaku Perang Dunia I dan II justru negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Jumlah korban gugur sekitar 70 juta orang.
Berbagai jenis senjata api dipergunakan. Begitu pula kalibernya. Mulai ukuran imut, sampai yang besarnya amit-amit. Makin besar ukurannya, daya ledaknya makin dahsyat dan makin luas.
Memelesat pelurunya belum dapat ditangkis ilmu sakti mandraguna mana pun. Bayangkan, bagaimana pelesatnya hingga 2.880 km per jam!
Itulah yang menyebabkannya banyak jatuh korban gugur dan luka. Sudah banyak korban perang berjatuhan.
Bahkan negara-negara yang kagak terlibat perang pun terdampak. Baik dari sisi ekonomi. Juga, emosi yang teraduk-aduk menyaksikan korban perang dalam aneka reels.
Stop Perang!
*Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto