Tahun 2022 sumbangan devisa ekspor minyak sawit mencapai rekor tertinggi dalam sejarah.
IMBC News – Pers memainkan peran besar dalam mendukung kemajuan industri sawit di Indonesia. Karena itu, sinergi antara insan pers dengan para pemangku kepentingan dalam industri sawit harus terus diperkuat.
Penegasan ini disampaikan Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), dalam satu sesi seminar pada rangkaian acara puncak Hari Pers Nasional di Medan, Rabu (8/2).
“Melalui publikasi berita sawit yang objektif dan positif, image industri sawit semakin membaik. Ini akan memperkuat keberlanjutan industri sawit Indonesia,” kata Tofan Mahdi.
Berbicara di depan lebih dari seratus peserta HPN dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Sumatra Utara, Tofan mengungkapkan peran strategis sawit dalam perekonomian.
“Lihatlah saat pandemik tahun 2020 lalu, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah yang paling rendah dibandingkan negara-negara lain , bahkan lebih baik dari negara maju,” kata Tofan.
Tofan mengatakan, tahun 2022 sumbangan devisa ekspor minyak sawit mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Nilai devisa ekspor mencapai USD 39 miliar atau hampir Rp 600 triliun. Devisa ekspor yang tinggi inilah yang menopang stabilitas nilai tukar rupiah terhadap valuta asing khususnya dolar AS.
“Rasanya berat membayangkan ekonomi Indonesia tanpa industri sawit,” kata peneliti pada Paramadina Public Policy Institute ini.
Ditanya tentang prospek industri sawit ke depan, Tofan optimistis tetap positif. “Dari sisi demand, permintaan minyak sawit di pasar global akan tetap tinggi. Tetapi apakah Indonesia akan tetap menjadi produsen dan eksportir minyak sawit terbesar dunia hingga 10-30 tahun mendatang, wallahualam,” katanya.
Untuk menjaga keberlangsungan industri minyak sawit Indonesia, kata Tofan, ada satu aspek terpenting yang perlu diperhatikan yaitu aspek kebijakan.
“Bukan harga CPO yang rendah yang bisa menghancurkan industri sawit. Kalaupun bisa, perlu waktu lama. Karena harga selalu fluktuatif, tidak mungkin turun terus, pasti ada titik untuk naik. Tetapi kebijakan yang keliru dalam menata industri minyak sawit, bisa menghancurkan industri strategis ini dalam waktu sekejap,” kata Tofan.
Dalam kaitan dengan Hari Pers Nasional, Totan berharap dukungan yang terus menerus dari pers Indonesia terhadap industri sawit.
“Terus bantu kami dalam melawan diskriminasi dan kampanye negatif sawir. Teman-teman pers juga harus ikut mengawal setiap proses perumusan kebijakan dan regulasi terkait sawit.” (***)