IMBCNEWS, Jakarta | PT RMK Energy Tbk (RMKE), atau Rantai Mulia Kencana Energy, yang didirikan pada Juni 2009, hingga kini konsisten memproduksi tambang batu bara untuk kebutuhan lokan dan pasar ekspor. Penjualan batubara ini masih didominasi oleh pasar ekspor dengan kontribusi sebesar 58% total volume penjualan batubara.
Hingga periode Februari 2024 segmen penjualan batubara ini telah mencapai 17,4% target Perusahaan tahun ini, dilansir Sauara energi di Jakarta, pada Rabu.
PT RMK ini bergerak di bidang penyedia jasa logistik batu bara, yang utamanya melayani perusahaan batu bara di Sumatera Selatan. Perusahaan menyediakan stasiun bongkar muat kereta api (melalui kesepakatan dengan PT KAI di Stasiun Simpang), pengangkutan batu bara (melalui 155km jalan dari area pertambangan ke pelabuhan).
PT RMK Energy Tbk (RMKE) mencatatkan pertumbuhan volume penjualan batubara sebesar 36,4% YoY meskipun curah hujan yang sangat tinggi melanda area operasional dan menekan produksi pertambangan batubara pada kuartal pertama tahun ini.
Meski begitu, RMKE dapat menjual sebesar 608,8K MT batubara hingga periode Februari 2024, atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 446,2K MT batubara. Produksi tambang in-house dan third parties secara berurutan berkontribusi sebesar 20% dan 80% terhadap total volume penjualan batubara tersebut.
Dari segmen jasa batubara, Perseroan berhasil memuat 154 tongkang dengan total volume 1,2 juta MT batubara hingga periode Februari 2024 atau menurun sebesar 19,2% YoY. Pada periode yang sama, Perseroan telah membongkar 521 train set dengan total volume bongkar sebesar 1,3 juta MT batubara atau menurun sebesar 38,7% YoY. Kinerja segmen jasa batubara cukup terdampak curah hujan yang sangat tinggi dengan penurunan produksi batubara dari tambang-tambang di Sumatera Selatan.
RMKE masih dapat mempertahankan on-time performance (OTP) bongkaran kereta hingga Februari 2024 lebih cepat 18 menit menjadi 3:15 jam per kereta dibandingkan waktu bongkar kereta pada periode yang sama tahun lalu 3:33 jam.
Pencapaian efisiensi waktu bongkaran kereta ini didukung oleh optimalisasi waktu yang ketat di tengah kondisi curah hujan yang sangat tinggi. Penggunaan bahan bakar juga menurun sebesar 18,2% YoY sejalan dengan dampak penurunan volume jasa akibat cuaca ekstrim pada kuartal pertama tahun ini. Secara rata-rata, rasio penggunaan bahan bakar per MT batubara cenderung stabil dengan 0,87 liter/MT tahun lalu menjadi 0,88 liter/MT tahun ini.
Direktur Operasional Perseroan, William Saputra menyampaikan, secara musiman, produksi batubara di kuartal pertama 2024 memang cenderung sedikit namun ke depannya produksi berpotensi naik pada periode semester kedua tahun ini. Tantangan terbesar pada kuartal pertama tahun ini adalah curah hujan yang sangat tinggi.
Berdasarkan publikasi BMKG curah hujan pada bulan Februari 2024 di Sumatera Selatan masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu masuk dalam kategori menengah.
“Di tengah tantangan tersebut, kami masih optimistis untuk dapat meningkatkan volume penjualan batubara melalui kolaborasi dengan beberapa tambang potensial di Sumatera Selatan.” ungkap William.
Direktur Utama Perseroan, Vincent Saputra juga menyampaikan sejumlah strategi telah disiapkan demi mengejar target keuangan tahun ini. Sejumlah target tersebut meliputi penyelesaian pembangunan hauling road yang akan terintegrasi dengan tambang-tambang potensial di Sumatera Selatan, untuk meningkatkan volume penjualan dan jasa batubara.
Selain itu Perseroan juga mengoptimalkan produksi in-house hingga manajemen biaya dengan mempercepat proses bongkar muat batubara dengan waktu yang terbatas saat musim hujan dan penggunaan bahan bakar yang efisien dan efektif.
“Pada kuartal pertama tahun ini kami akan menandatangani beberapa kontrak kerja sama yang nantinya akan meningkatkan volume secara grup baik di hulu (RMKO) dan hilir (RMKE),” kata Vincent.
Vincent juga menambahkan tekanan produksi batubara pada kuartal pertama tahun ini mungkin saja berdampak pada kenaikan harga batubara yang sempat terkoreksi dalam pada tahun lalu. “Kondisi tersebut menjadi peluang bagi RMKE untuk meningkatkan volume penjualan batubara di tengah kondisi cuaca ekstrim.” Jelas Vincent.
imbcnews/suara energi/diolah/