Oleh Dr. Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI
IMBCNEWS Jakarta | Hari senin dan atau selasa besok umat islam di seluruh dunia sudah akan berpuasa ramadhan selama sebulan penuh. Ibadah puasa itu selain mengandung nilai-nilai ta’abbudi juga ta’aqquli. Ta’abbudi artinya dia merupakan ibadah yang ketentuan-ketentuannya sudah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya, apakah itu menyangkut waktu dan juga cara-cara melakukannya dan kita tidak boleh keluar dari ketentuan tersebut.
Tetapi di samping itu puasa juga memiliki nilai-nilai yang bersifat ta’aqquli artinya di dalam ibadah puasa tersebut juga terdapat manfaat yang bisa kita ambil dan nalar yang kebenaran serta kemanfaatannya bisa dibuktikan secara empirik dan rasional oleh para pihak seperti oleh dokter, ahli kecantikan, ahli ilmu-ilmu sosial dan lain-lain.
Jadi ibadah puasa ini kalau dilaksanakan dengan sebaik-sebaiknya sesuai dengan ketentuan Allah dan rasulNya maka dia akan mendaatangkan kemanfaatan dan kemashlahatan yang besar tidak saja bagi yang bersangkutan tapi juga bagi orang lain.
Keuntungan yang bisa diperdapat tersebut ada yang bersifat keuntungan duniawiyah tapi juga ada yang bersifat ukhrawiyah. Diantara keuntungan duniawiyah yang bisa diperoleh adalah pertama, dengan berpuasa kesehatan kita akan terjaga dengan baik, kedua, hubungan antara kita dengan sesama anggota keluarga tentu akan semakin baik dan hangat karena kita akan sering berbuka dan sahur serta sholat secara bersama-sama sehingga intimacy dan keakraban diantara anggota keluarga semakin baik.
Ketiga , hubungan dengan sesama apakah dengan tetangga dan saudara tentu akan semakin erat karena melalui kegiatan sedekah dan zakat yang kita bayar yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan di bulan puasa jelas akan sangat berperan dalam menciptakan keakraban dan rasa kebersamaan diantara kita sebagai sesama umat dan warga masyarakat apalagi diujung ramadhan dan di awal waktu idhul fithri kita juga diwajibkan untuk membayar zakat firah yang peruntukkannya jelas-jelas untuk orang-orang yang tidak mampu.
Kemudian dari itu bila masalah puasa ini dilihat dari perspektif ukhrawiyah kehadiran puasa jelas merupakan berkah bagi seorang muslim dan muslimah karena dia akan bisa menyelamatkan kita nanti dihari akhir karena orang yang beruntung nanti di hari akhir adalah orang yang sedikit dosanya dan yang paling banyak pahalanya.
Puasa ini akan bisa membuat dan menghantarkan kita seperti itu karena pertama, jika kita berpuasa di bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka dosa kita yang telah berlalu akan diampuni oleh Allah swt.
Kedua, jika kita menegakkan dan mengisi malam-malam dari bulan ramadhan tersebut dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang telah ditentukan oleh agama maka dosa-dosa kita yang telah berlalu tentu juga akan diampuniNya dan pahala kita dari mengerjakan pekerjaan demikian tentu jelas akan sangat banyak dan berlipat-lipat.
Ketiga, jika kita memberikan jamuan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa walaupun itu bentuknya hanya berupa sebuah kurma maka kita akan mendapatkan pahala sebesar pahala orang yang berpuasa tersebut. Keempat, dibulan ramadhan itu ada malam lailatul qadar dmana orang yang beribadah dan berbuat baik di malam tersebut maka pahalanya lebih baik dari 1000 bulan atau 83,3 tahun.
Kelima, barangsiapa yang melakukan iktikaf di mesjid di ujung bulan ramadhan maka dia akan mendapatkan pahala yang banyak dari Allah swt.
Jadi kesimpulannya jika puasa Ramadhan tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan Allah dan rasulNya maka dia jelas akan membuat kita menjadi orang yang sangat-sangat beruntung yang keberuntungannya tidak hanya bersifat duniawiyah tapi juga bersifat ukhrawiyah asal itu semua kita lakukan karena Allah swt.
Tinggal lagi masalahnya apakah kita akan bisa memanfaatkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya ? Hal itu jawabannya tentu jelas akan sangat tergantung kepada diri kita masing-masing.
imbcnews/diolah/