IMBCNews, Jakarta | Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) Farli Elnumeri memandang, profesi pustakawan tetap memiliki relevansi di era digital mengingat profesi ini masih terkait dengan pengelolaan pengetahuan yang dihasilkan manusia.
Dia mengatakan para pustakawan selalu bertransformasi dan tetap mengikuti perkembangan teknologi. Pustakawan juga telah dididik untuk mengelola data, informasi, serta pengetahuan terlepas dari apapun bentuknya.
“Pada dasarnya, pustakawan adalah pengelola informasi, pengelola data dan pengetahuan. Jadi selama manusia menghasilkan data, menghasilkan informasi, menghasilkan pengetahuan, selama itu pula dibutuhkan pustakawan apapun bentuk model perpustakaannya,” ungkap Farli yang dihubungi Antara, sebagaimana dilansir IMBCNews, Senin (10/7/2023).
Farli menambahkan bahwa para pustakawan, dalam hal ini ISIPII, turut aktif berkontribusi dalam upaya penguatan literasi digital di masyarakat. Melalui jejaring perpustakaan yang tersebar di berbagai wilayah, pustakawan juga aktif melakukan penyiapan modul maupun pelatihan literasi informasi dan literasi digital kepada para siswa dan mahasiswa.
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme pustakawan di Indonesia, terutama dalam era digital, Farli mengatakan organisasi kepustakawanan maupun lembaga sertifikasi profesi senantiasa mendorong pustakawan yang berasal dari lulusan ilmu perpustakaan untuk memperbarui kompetensinya setiap tiga tahun sekali melalui sertifikasi.
Di samping itu, imbuh dia, organisasi kepustakawanan juga senantiasa melakukan pendampingan dalam penguatan kompetensi kepada para tenaga perpustakaan yang memang belum memiliki latar belakang disiplin ilmu perpustakaan.
Farli memperkirakan program studi sarjana ilmu perpustakaan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia mencetak sebanyak lebih dari lima ribu lulusan, termasuk lulusan yang berasal dari Universitas Terbuka.
Para lulusan ini, kata dia, paling banyak diserap oleh kebutuhan tenaga ahli di perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan khusus. Sementara serapan lulusan ilmu perpustakaan di perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah masih minim.
Farli menilai ekosistem kepustakawanan di Indonesia secara umum relatif cukup baik. Namun dibanding dengan pemerintah pusat, menurut dia, dukungan pemerintah daerah saat ini masih belum signifikan. Hal ini terlihat dari minimnya keberadaan perpustakaan umum di daerah serta kurangnya kesempatan bekerja menjadi tenaga ahli perpustakaan di daerah.
Oleh sebab itu, Farli menyebutkan pihaknya juga aktif melakukan advokasi dan komunikasi dalam upaya mendorong peningkatan serapan lulusan ilmu perpustakaan agar dapat berkarier di pemerintahan.
“Lima ribuan lulusan setiap tahun ini yang berhasil diserap oleh pemerintah, baik melalui jalur PNS atau P3K ini terbatas sekali. Boleh dibilang bisa jadi di bawah 5 persen setiap tahunnya yang diserap oleh pemerintah.
Jadi umumnya mereka bekerja kalau untuk sektor perpustakaannya, ya, di perpustakaan yang dikelola oleh swasta, khususnya di perguruan tinggi swasta. Nah, itu paling banyak,” kata Farli menjelaskan. (Sumber: Antara)