IMBCNEWS Rusia | Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat berpidato pada pertemuan tahunan Klub Diskusi Valdai di resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Kamis pekan lalu. Intinya Putin tidak puas dengan kebijakan Amerika Serikat (AS) yang ingin memonopoli keamananan dunia.
Perang antara kelompok milisi Palestina Hamas dengan Israel telah menyeret beberapa negara adidaya dunia untuk ikut andil dalam menyelesaikannya. Salah satu negara tersebut adalah Rusia, di mana Moskow meminta agar kedua pihak menahan diri.
Namun dalam beberapa pernyataannya, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Israel dan juga tidak mengutuk Hamas. Ini berbeda dengan yang dilakukan negara-negara Barat.
Putin justru menyalahkan Barat dan Amerika Serikat (AS) atas serangan brutal tersebut dan menyerukan pembentukan negara Palestina. Pernyataan ini pun mendapat pujian dari Hamas.
Sejumlah ahli menuduh Rusia mendukung Hamas dan Iran. Apalagi dengan fakta bahwa hubungan Moskow dengan Barat, yang menjadi sekutu Israel, memanas pasca serangan ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menambahkan suaranya pada kasus konflik ini. Menyalahkan Moskow karena mendukung operasi Hamas “dengan satu atau lain cara”.
Dalam sebuah laporan Foreign Policy in Focus, dukungan Rusia juga dikatakan terungkap. Sesaat sebelum serangan ke Israel, para pemimpin Hamas dan Jihad Islam diklaim memperoleh transfer uang dalam jumlah besar, menggunakan pertukaran mata uang kripto Garantex yang berlokasi di Moskow.
Diketahui, Rusia merupakan wilayah yang paling tidak dapat dikendalikan Barat. Apalagi pasca serangannya ke Ukraina yang membuat Negeri Beruang Putih terputus dari jaringan Barat.
Penulisnya, Tatyana Ivanova, juga memaparkan bahwa Putin memiliki sejarah panjang dengan musuh Israel seperti Hizbullah dan Hamas. Menurutnya, saat ini Moskow sedang berupaya untuk membangun posisinya sebagai mediator konflik Timur Tengah yang efektif.
“Itulah sebabnya, selama dua hari terakhir, Putin mengulangi pernyataan bahwa serangan itu terjadi karena upaya AS untuk “memonopoli pengaturan” konflik antara Israel dan Hamas dan tidak diikutsertakannya Rusia dalam perundingan normalisasi Timur Tengah,” tulisnya alhier pekken, dikstip Senin (23/10/2023).
“Secara taktis, perang skala besar antara Hamas dan Israel dan kemungkinan eskalasinya di seluruh kawasan akan membantu Rusia mengalihkan perhatian masyarakat dunia dari agresi dan kejahatan perangnya di Ukraina,” katanya, meskipun tindakan genosida Israel perlu dilakukan pencegahan.
imbcnews/VOA ind/diolah/