IMBCNews, Jakarta | Pengukuhan serentak 24 unsur Pembantu Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI, berlangsung Aula Ir H Djuanda, Gedung Da’wah Muhammadiyah Jakarta lantai 5, Sabtu (19/8). Ketua PWM Dr Akhmad Abu Bakar MM memimpin pengukuhan sekaligus menyerahkan Surat Keputusan penetapan pengurus untuk 14 majelis dan 10 lembaga, disaksikan langsung Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’thi.
Gelaran acara bertema Peran Majelis dan Lembaga untuk Optimalisasi Gerak Maju Da’wah Persyarikatan di DKI Jakarta, turut hadir dan menyaksikan para ketua dan anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-DKI Jakarta yaitu: PDM Jakarta Barat, PDM Jakarta Pusat, PDM Jakarta Utara, PDM Jakarta Timur, dan PDM Jakarta Selatan, serta anggota majelis dan lembaga PWM DKI Jakarta yang dikukuhkan.
Akhmad Abubakar menuturkan, pengurus PWM DKI masa bakti 2022-2027 akan membentuk satu PDM lagi yaitu PDM Kepulauan Seribu. “Sehingga PWM DKI Jakarta kelak memiliki 6 Pimpinan Daerah Muhammadiyah,” katanya.
Lebih lanjut ia berpesan kepada segenap pimpinan dan anggota Majelis dan Lembaga PWM DKI Jakarta yang baru dikukuhkan, agar dapat melaksanakan tiga hal yang sangat penting yaitu amanah, memahami lingkungan, dan melayani.
Sekum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’thi dalam pengarahannya mengingatkan, seluruh jajaran yang ada di PWM DKI Jakarta hendaknnya menggiatkan kembali untuk menggali pemikiran-pemikiran yang baru; Pemirikiran-pemikiran yang fresh, zamani, dan mampu memproyeksi atau mencandra ke masa depan.
Menurut Mu’thi, pada beberapa tahun terakhir ketika warga persyarikatan melakukan gerakan da’wah Muhammadiyah porsinya lebih banyak pada da’wah amar ma’ruf nahi munkar. “Maka dalam hal ini harus kita perkuat lagi dengan gerakan-gerakan da’wah bi tajdid yang senantiasa ruju’ kepada Alqur-an dan Sunnah,” kata dia mengingatkan.
Lebih lanjut Mu’thi mengemukakan, da’wah berkemajuan itu memerlukan pikiran yang selalu fresh, untuk mengetahui sekaligus memahamkan tafsir-tafsir masa lalu yang mungkin masih menghambat penalaran di kalangan warga persyarikatan sendiri.
Oleh karenanya, sebut Mu’thi, dalam hal ini diperlukan tajdid atau pembaruan pemikiran untuk bisa menerobos tantangan zaman, serta juga meningkatkan candra yang memandangkan kepada ummat gambaran kehidupan pada masa-masa yang akan datang. (Asyaro GK)