Oleh H Anwar Abbas ]*
IMBC NEWS | Berita tentang adanya ratusan anak di Ponorogo Jawa Timur hamil di luar nikah jelas tak sekadar sangat mengejutkan! Akan tetapi juga memalukan kita sebagai bangsa. Karena, peristiwa tersebut kita sama tahu bahwa kita telah gagal dalam mendidik anak-anak kita dengan akhlak dan budi pekerti yang baik.
Kendati pun demikian, kesalahan asuh tersebut tentu tidak cukup rasanya kalau hanya dipikulkan kepada pihak sekolah dan orang tua saja. Melainkan juga, masyarakat dan pemerintah punya saham atas kesalahan yang mengenaskan dan mamalukan itu. Pasalnya, pada belakangan ini kita lihat semua kita lebih sibuk memikirkan masalah ekonomi dan politik namun abai terhadap pengamalan agama dan budaya yang harus kita tanamkan dengan baik kepada anak-anak kita.
Sebagai orang timur yang dikenal taat beragama dan punya budaya luhur, semestinyalah kita berusaha untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dari ajaran agama dan budaya sendiri. Akan tapi, hari ini, tampaknya ajaran agama dan budaya luhur kita sudah diabaikan dan dilecehkan; Sehingga akhirnya budaya asing berupa pergaulan bebas masuk dan berkembang sedemikian rupa hingga ke pelosok desa.
Terjadilah hal-hal yang tidak kita inginkan tersebut. Untuk itu, dalam upaya mengatasi masalah yang terjadi di Ponorogo itu, diperlukan adanya kerjasama yang baik antara pihak orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Dalam Kerjasama dimaksud, bangun kolaborasinya tentu harus mampu mewujudkan agar kita semua melindungi anak-anak kita dari hal-hal buruk yang tidak kita inginkan.
Lebih lanjut, adanya aturan dan ketentuan yang mendukung bagi terciptanya anak-anak dan warga bangsa yang baik tentu harus pula sama-sama kita hormati. Dalam hal ini tentu pula sangat diharapkan agar segala hal yang akan memungkin terjadinya peristiwa seperti di Ponorogo tersebut dapat kita hindari.
Jika saja ajaran agama dan budaya diabaikan dan kerjasama orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah tidak terwujudkan, maka yang akan menanggung susah dan malu tidak hanya anak-anak didik kita itu saja tapi juga orang tua, masyarakat bahkan bangsa dan negara yang sama-sama kita cintai.
]* Penulis, adalah Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)