Oleh Kadar Santoso *]
IMBCNews | Muhammadiyah merupakan organisasi yang mengusung nilai-nilai ajaran Islam ke gelanggang kehidupan sehari-hari secara lebih sederhana. Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan bagi Nandi Rahman ibarat cermin untuk melihat perilaku diri sendiri pada tuntunan yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
Nandi Rahman berupaya istiqamah dalam berkiprah di Muhammadiyah. Bagi pria 70 tahun kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat ini, Muhammadiyah bukanlah milik pribadi dan kepemimpinan di Muhammadiyah menganut pola kolektif kolegial, sehingga keputusan organisasi yang telah disepakati tidak dibenarkan diubah melalui kebijakan pribadi, kecuali melalui rapat atau musyawarah yang setara.
Sikap istiqamah setidaknya telah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari perilaku Nandi Rahman yang berusaha bercermin diri melalui Muhammadiyah. Demikian benang merah yang terungkap pada buku bertajuk “Nandi Rahman Khidmat di Muhammadiyah dari Belia hingga Usia Senja”.
Buku terbitan Uhamka Press, 2023 setebal 496 halaman mengulas kiprah Nandi Rahman, serta komentar dari mereka yang mengenal pribadi sosok putra dari pasangan H Chattab Hamzah dan Hj Alam Suniar ini.
“Saya mencermati, Nandi Rahman tak lepas dari dua AUM (Amal Usaha Muhammadiyah). Konsistensinya dalam melaksanakan tugas pada AUM itu, membuat dia memiliki keunggulan yang spesifik. Dan dari hasil menjalankan tugas-tugasnya sering kali muncul kecenderungan pada AUM tersebut seperti tumbuh benih yang mendorong kemajuan dan juga unggul,” ujar KH Sun’an Miskan Lc, Ketua PWM DKI Jakarta periode 2015-2020/2022.
Bagi Nandi, Muhammadiyah bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Meski demikian, dia tidak menafikan adanya kekurangan di dalam tubuh Muhammadiyah. Kekurangan ini agar ke depan dapat lebih disempurnakan.
Menurut dr Sukiman Rusli SpPD, Ketua PDM Jakarta Utara, Nandi Rahman tergolong arif dan bijak dalam menghadapi kendala kehidupan. “Beliau juga bercermin muka melalui falsafah hidup orang Minang: Ingek di ranting nan kamancucuak, tahu di dahan nan ka mampok, alu tataruang patah tigo, samuik tainjak indak mati.”
Sementara Prof Dr M. Suparta, mantan Irjen Kementerian Agama yang mengenal Nandi Rahman saat bersama menempuh perkuliahan di jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengungkapkan, Nandi Rahman sebagai orang Padang yang selalu riang.
“Orangnya sangat rajin, riang, semangat, saling berbagi dan sangat bersahabat. Saya dan Uda Nandi Rahman, akhirnya pada 1982 mampu menyelesaikan perkuliahan dan diwisuda di Senayan,” ungkap Suparta, teman kuliah S1. Nandi Rahman memang sosok yang menggembirakan, menyenangkan dan membahagiakan umat dan masyarakat.
Data Buku
Judul : Nandi Rahman Khidmat di Muhammadiyah dari Belia hingga Usia Senja
Penulis : Asyaro G Kahean
Penerbit : Uhamka Press
Cetakan : Pertama, 2023
Tebal : 496 halaman
*] Kadar Santoso, adalah seorang jurnalis yang memiliki kegemaran membaca dan meresensi buku, tinggal di Jakarta. Sudah puluhan buku yang dirensensinya semenjak akhir 1990-an.