Jakarta – IMBCNews – Balitbang Diklat Kementerian Agama menggelar Dialog Publik, Pagelaran Musik, dan Film Moderasi Beragama di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan Jakarta. Acara semakin meriah dengan kehadiran maestro musik dangdut Indonesia Rhoma Irama.
Rhoma Irama di depan para penonton mengungkapkan tekadnya untuk menjadikan musik sebagai media edukasi, berdakwah, dan alat untuk mempersatukan bangsa. Menurutnya, Sejak 13 Oktober 1973, ia mendeklarasikan Soneta sebagai “the voice of muslim,” dan hingga kini, ia terus berjuang untuk mengaktualisasikan perannya sebagai pembawa pesan moderasi beragama.
Observasi bertahun-tahun menunjukkan efektivitas dakwah melalui musik, sebagaimana Rhoma Irama diundang ke Amerika Serikat dalam rangka International Conference on Islam and the Council of Indonesia and Malaysia. Di sana, keberhasilannya diakui sebagai bukti bahwa musik efektif untuk berdakwah dan membangun karakter manusia.
Rhoma juga berbagi testimoni inspiratif seorang dosen di Surabaya, yang hidupnya terinspirasi oleh lirik-lirik lagunya. Menurutnya, musik memiliki daya konkrit untuk membentuk karakter seseorang, “The power of music can change a person’s character.
Berkat moderasi beragama, Rhoma Irama melihat adanya local wisdom dalam budaya yang mampu membentuk karakter manusia menjadi lebih baik. Dengan hati-hati, ia mengingatkan bahwa seni, terutama musik, memiliki kekuatan besar untuk merusak atau membangun. Rhoma Irama menutup penampilannya dengan membawakan beberapa lagu,
Dalam acara tersebut Kabalitbang Diklat Kemenag Suyitno, didaulat tampil duet bersama Ayuning Niwang Nastiti, menyanyikan lagu Rhoma Irama. Suasana ratusan pengunjung yang memadati hall B JCC Senayan pun seketika semakin meriah.
Pada pagelaran ini, sejumlah bakat muda Indonesia yang telah meraih prestasi di bidang musik turut memberikan warna. Donny Evans, juara 1 lomba musik moderasi beragama, dan Siska Septiani, juara 1 Forsa Idol tingkat nasional, menunjukkan bahwa musik bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana efektif untuk menyuarakan pesan moderasi beragama.
Selan itu, Ayuning Niwang Nastiti, dara manis kebanggaan UIN SGD Bandung dan kontestan KDI 2018, membuktikan bahwa musik dangdut Indonesia memiliki tempat penting dalam seni dan budaya, sebagai wujud moderasi beragama yang merangkul keberagaman.
Menurut Suyitno, pemilihan musik dan film sebagai instrumen penguatan moderasi beragama adalah langkah bijak di tengah arus 5.0. Platform konvensional seperti TOT, MOT, penggerak, dan insersi dalam kurikulum telah memberikan dampak positif.
“Namun, lebih dari itu, musik dianggap sebagai instrumen yang lebih efektif. Musik, dengan sifatnya yang universal, mampu menyentuh hati lintas agama, suku, dan bangsa,” ujar Suyitno di Jakarta, Jumat malam (5/1/2023).