Anwar abbas
Saya hormat kepada saudara Saifullah yusuf sekjen PBNU. Beliau adalah seorang tokoh yang dikenal ramah dan murah senyum. Pengalaman beliau dalam dunia politik jelas bukan segudang tapi bergudang-gudang karena beliau pernah jadi menteri, wakil gubernur dan bahkan sekarang jadi walikota.
Tapi kemarin ada pernyataan beliau yang beredar di medsos yang sangat mengganggu hati dan perasaan saya dimana beliau menyatakan ” Jangan kita mendukung pasangan yang didukung oleh orang-orang yang berseberangan dengan cara berpikirnya orang NU.” Seperti calon yang didukung Abu Bakar Baasyir misalnya, apalagi ada Amien Raisnya juga.
Kata-kata ini benar-benar membuat saya bertanya-tanya. Apakah Gus ipul ini bicara sebagai politisi atau sebagai sekjen PBNU. Memang yang saya tahu cara berfikir orang politik itu kebanyakannya lebih banyak mendahulukan kepentingan diri, keluarga, partai dan kelompoknya.
Tapi kalau sebagai sekjen PBNU menurut saya sebaiknya saudara Saifullah Yusuf menanggalkan baju politisinya tapi jadilah negarawan dan agamawan yang bertugas dan berfungsi mengayomi dan melindungi umat serta menjaga persatuan dan kesatuan di antara mereka.
Oleh karena itu diksi dan narasi yang akan kita pergunakan haruslah kita pilih dan pikirkan terlebih dahulu baik-baik. Kita semua sudah tahu umat ini tersebar ke dalam tiga kelompok Capres Cawapres yang ada. Sebagai orang yang menjunjung tinggi ajaran agama dan budaya serta demokrasi, silahkan saja Gus ipul mendukung calonnya tapi janganlah menghina dan merendahkan serta mendiskreditkan orang lain.
Apalagi orang yang dihina dan direndahkan serta didiskreditkan tersebut adalah orang yang sangat dihormati oleh kelompok lain.
Saya memang merasa perlu menyampaikan masalah ini kepada Gus Ipul karena banyak tokoh sekarang di negeri ini yang sedang berusaha untuk mempersatukan umat, tapi Gus ipul malah melakukan hal yang sebaliknya. Bagi saya silahkan kita berbeda pendapat dan berbeda pilihan dalam hal yang terkait dengan paslon Capres-Cawapres tapi kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan.
Untuk itu jangan sampai ada kata-kata yang keluar dari mulut kita yang merendahkan apalagi mendiskreditkan tokoh dari kelompok lain secara vulgar karena hal itu akan merusak ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariah di antara sesama kita dan kita tentu saja tidak mau hal itu terjadi. Terima kasih Gus Ipul dan mohon maaf.
Penulis adalah pengamat sosial ekonomi dan keagamaan.
Catatan:
Saya tidak bicara atas nama MUI dan juga Muhammadiyah tapi saya bicara mewakili hati nurani saya.