IMBCNews, Padang Alai-Pariaman | Pengurus Yayasan Buya Prof DR Sidi Ibrahim Boechari (YBP-SIB) meningkatkan kepedulian terhadap warga binaannya dengan mendorong dibukanya kulineran rasa khas Padang Alai. Kepedulian ini ditandai dengan acara launcing “Warung Buya Kito’, di Pasar Padang Alai, Pariaman, Sumatera Barat.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Buya Prof Sidi, Dr Nurzengky Ibrahim MM menyebut, acara launching ‘Warung Buya Kito’ merupakan bagian kelanjutan dari pelatihan yang mendorong implementasi atas program pengentasan kemiskinan.
“Pada 24 Juli yang lalu kita mulai dengan pelatihan kewirausahaan yang dimaksudkan untuk mendorong generasi muda agar memiliki ketrampian dan kreatif. Kita melalui bendera yayasan mencoba memberikan dorongan mengenai ketrampilan praktis sebagai upaya untuk menekan angka pengangguran,” kata Nurzengky melalui pesan tertulis yang diterima IMBCNews di Jakarta, Ahad (11/8) sore.
“Sudah pernah saya katakan, pengentasan kemiskinan memang programnya pemerintah. Kita di sini mencoba memberikan terobosan lewat pelatihan kewirausahaan dengan memberikan ketrampilan, khususnya di bidang perdagangan. Komoditas kuliner teh hijau ‘Buya Kito’ sudah dipraktikan dan peminatnya lumayan bagus,” ungkap dia.
Pada Senin 12 Agustus 2024, tambah Nurzengky, Ketua Yayasan Buya Prof Sidi Ibrahim yaitu dr Sidi Avenzoar Ibrahim yang dibantu tenaga lapangan dalam pelatihan kewirausahaan Al Ustadz Febriandi S.Pd.I., S.Pd., berkenan memperkenalkan ‘Warung Buyo Kito’ melalui sebuah acara yang sekarang popular disebut launching.
“Nah, istilahnya, hari Senin ini, 12 Agustus 2024, kita adakan kegiatan Launching ‘Warung Buya Kito’ yang mempersiapkan menu makanan khas Padang Pariman dan siap saji. Selain tetap menyediakan teh hijau ‘Buya Kito’ salah satu menu keunggulan yang ditawarkan di warung ini rendang ikan, dan tentu masih ada beberapa lauk makan rasa khas Padang Alai lainnya,” jelas Nurzengky.
Ia tambahkan,’Warung Buya Kito’ berlokasi strategis di dekat Pasar Padang Alai. Hanya saja, menurut Nurzengky waktu buka warungnya mungkin dari pagi sampai sore, belum 24 jam.
“Mungkin untuk awal awal belum buka 24 jam ya; Tapi kita lihat terus animo masyarakat pelanggan. Jika memang dalam enam bulan atau satu tahun ke depan memungkinkan warung dibuka 24 jam, saya kira tidak jadi masalah. Selaku Pembina Yayasan, tentu saja saya akan terus mendorong pengembangan usaha warung tersebut, mau pun usaha-usaha binaan lainnya,” tutup Nurzengky. (ks/asy: pls/ybp-sib)