IMBCNews, Namrole_Gerakan Bersama Anak Adat (GEBA) Buru Selatan (Bursel), Kamis, 14 November 2024, melakukan aksi damai, untuk meminta penjelasan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) terkait sejumlah persoalan kemanusiaan, yang belakangan ini berkembang di masyarakat Bursel.
Aksi damai yang dipimpin Kordinator Lapangan (Korlap) Umar Letetuni pertama-tama mendatangi Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, yang beralamat di Jalan Anton Lesnussa.
Dalam orasi salah satu orator Sami Latbual, mempertanyakan ketersediaan obat-obatan di rumah sakit plat merah tersebut, yang berbulan-bulan kosong.
“Mati karena takdir, itu bukan soal, tetapi mati karena tidak ada ketersediaan obat-obatan, itu kurang ajar namanya, ” teriak Latbual.
Ia mengaku serius melihat masalah kemanusiaan. Karena tidak semestinya pihaknya turun jalan kalau semua punya rasa, nurani dan tanggungjawab.
“Tapi diduga kuat ibu dan seluruh perangkat tidak memiliki rasa kemanusiaan, tidak melihat keluh kesah masyarakat, ” ujar mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bursel ini.
Setelah pendemo yang berjumlah tujuh orang berorasi bergantian, tak nampak Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB, Wa Jeni keluar untuk menerima pendemo, akhirnya pendemo diterima oleh Kasubag Perencaan Mizwar keluar dan menemui pendemo.
“Ibu Kadis tidak ada ditempat, beliau lagi ikut kegiatan di Penginapan Deni’s,” tutur Mizwar.
Sempat terjadi tanya jawab antara pendemo dengan Kasubag terkait perencaan yang amburadul sehingga menyebabkan kekosongan ketersediaan obat-obatan di RSU setempat.
Namun Mizwar mengaku, perencanaan RSU itu tidak melekat pada dinas Kesehatan, PP dan KB, melainkan berdiri sendiri.
Pendemo kemudian bertolak ke Penginapan Deni’s untuk melanjutkan mencari Kadis Kesehatan, PP dan KB, Wa Jeny. Sayangnya pencarian tersebut tak berbuah manis.
Menurut pihak Dinas Kesehatan yang saat itu sedang melaksanakan kegiatan di Penginapan tersebut, Kadisnya baru saja meninggalkan acara tersebut dan kemungkinan melanjutkan di kegiatan lain di Desa Kamlanglale.
Mendengar penjelasan itu, pendemo melanjutkan pencarian ke Wa Jeny di kantor Desa Kamlanglale, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari Penginapan Deni’s, namun juga tak ditemukan, akhirnya mereka melanjutkan ke Kantor Bupati.
Sesampai di Kantor Bupati, pendemo melanjutkan orasi untuk segera merealisasikan insetif tokoh adat dan tokoh agama.
“Tokoh adat dan tokoh agama kita, beberapa waktu lalu, sudah dipanggil di bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan menandatangani surat-surat, bahkan diintimidasi untuk mendukung salah satu pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati (Wabup), ” kata Sami.
Paska berorasi sekitar setengah jam, pendemo akhirnya diterima oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Bursel Ruslan Makatita, Asisten II Setda Bursel Hadi Longa, Asisten III Setda Bursel dan staf ahli Hakim Tuankotta, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Risno Taweri.
Latbual berharap Pemkab Bursel bisa segera mencairkan insentif tokoh adat dan agama sebelum proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 27 November 2024 mendatang, sebagai bentuk menjaga netralitas ASN.
Pendemo menyampaikan aspirasi kepada Sekda dan ia berjanji akan menindaklanjuti terkait masalah insentif tokoh adat dan agama.
Sementara terkait stok obat di RSU, dia mengaku stok obat sudah masuk, dari beberapa hari lalu.
“Untuk stok obat itu dua hari lalu sudah ada, itu saya perintahkan untuk membijakinya, sehingga stok tersebut bisa mencukupi hingga tahun ini berakhir, ” ujar Makatita.
Pendemo menegaskan, bila tidak menindaklanjuti, maka pihaknya akan kembali mendatangi Pemkab Bursel dengan masa yang lebih banyak.