Khaled Mashal, calon pengganti Yahya Sinwar, tokoh Hamas yang meninggal (foto tempo/ist)
IMBCNEWS Jakarta | Seorang anak laki-laki Palestina mengangkat potret pemimpin Hamas yang terbunuh Yahya Sinwar dalam aksi unjuk rasa di Ramallah, Tepi Barat. Selain mengangkat foto, para pendemo juga bersumpah akan terus melakukan pembalasan ke Israel hingga titik darah kematian.
Hizbullah, Jumat (18/10) bersumpah untuk meningkatkan perangnya dengan Israel, sehari setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka telah membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar, otak serangan teror Hamas pada tanggal 7 Oktober yang memicu perang Gaza.
IDF, Kamis (18/10) mengatakan pasukannya — tampaknya secara tidak sengaja dan tanpa mengetahui lokasi Sinwar — bertemu dengan Sinwar dan dua militan lainnya di sebuah gedung di Gaza selatan dan melepaskan tembakan.
Israel menduga telah membunuh Sinwar yang berusia 61 tahun tersebut tetapi baru mengonfirmasinya setelah melakukan penyelidikan selama berjam-jam, termasuk memeriksa DNA dan giginya.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pada hari Jumat (18/10), kepala Hamas di Gaza, Khalil Hayya, mengonfirmasi kematian Sinwar, dengan mengatakan Hamas menghormati “kenangan akan martir yang gugur, Yahya Sinwar.” Menggambarkannya sebagai “teguh, berani dan tak kenal takut,” Hayya mengatakan Sinwar “mengorbankan hidupnya untuk tujuan pembebasan kita.”
Ia menambahkan bahwa tawanan yang ditahan di Gaza tidak akan dibebaskan sampai otoritas pendudukan menghentikan serangan mereka terhadap Gaza dan menarik pasukan mereka dari daerah kantong yang terkepung itu.
Hizbullah, dalam sebuah pernyataan, meskipun tidak menyebutkan Sinwar atau kematiannya, mengumumkan “transisi ke fase eskalasi baru dalam konfrontasi dengan musuh Israel, akan terlihat dalam perkembangan dan peristiwa beberapa hari mendatang.”
Berbicara di Berlin pada hari Jumat (18/10), Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut kematian Sinwar sebagai “momen keadilan” dengan mengatakan, “Dia bertanggung jawab atas kematian orang Amerika dan Israel, Palestina dan Jerman, dan banyak orang lainnya.”
Namun, dia menyebutkan bahwa dia meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk “juga menjadikan momen ini sebagai kesempatan untuk mencari jalan menuju perdamaian, masa depan yang lebih baik di Gaza tanpa Hamas.”
Berbicara di Brussels, Jumat (18/10), Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan, “Tentu saja ada” kesempatan di Gaza sekarang setelah Yahya Sinwar dari Hamas telah tewas. “Kami berharap bahwa kita dapat bekerja sama untuk memanfaatkan kesempatan itu.”
IDF, Jumat (18/10) mengumumkan mereka memanggil brigade cadangan tambahan untuk Israel utara. “Mobilisasi ini akan memungkinkan kelanjutan upaya perlawanan terhadap organisasi teroris Hizbullah dan tercapainya tujuan perang, termasuk pemulangan penduduk utara ke rumah mereka dengan selamat.”
IDF juga mengatakan pada hari Jumat bahwa Brigade ke-188-nya melanjutkan aktivitas darat di Lebanon selatan. IDF melaporkan telah menghancurkan puluhan gudang yang penuh dengan amunisi, beberapa terowongan, dan infrastruktur musuh.
IDF juga melaporkan bahwa serangan udara menghancurkan markas regional Hizbullah “tempat diluncurkannya banyak (rudal) ke permukiman utara dalam beberapa bulan terakhir.”
Militan Hamas menewaskan 1.200 orang dan menangkap sekitar 250 sandera dalam serangan teror mereka pada tanggal 7 Oktober di Israel. Israel mengatakan mereka yakin Hamas masih menyandera 101 orang, termasuk 35 orang yang menurut militer telah tewas.
Kementerian kesehatan wilayah tersebut, yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil dalam pendataannya, menyebutkan serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 42.500 warga Palestina. Militer Israel mengatakan jumlah korban tewas mencakup ribuan militan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, hampir tiga perempat dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, dan hampir seluruh penduduk berisiko mengalami kelaparan.
imbcnews/voa Ind/diolah/