IMBCNews, Jakarta | Peneliti bidang politik The Indonesian Institute (TII) Felia Primaresti mengatakan, adanya kotak kosong di Pilkada merupakan bentuk inkonsistensi demokrasi.
Demikian sebut Felia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin. Ia tambahnkan, esensi demokrasi itu adalah menciptakan pilihan sebanyak-banyaknya.
“Tanpa kompetisi, esensi demokrasi berkurang, karena tidak ada ruang untuk debat atau evaluasi atas berbagai alternatif,” terangnya.
Lain itu, menurut dia fenomena kotak kosong juga mencerminkan kegagalan partai politik dalam mempersiapkan kader yang kompeten untuk bersaing di tingkat daerah.
“Fenomena seperti ini bisa terjadi karena partai politik tidak serius dalam mempersiapkan kader yang kompeten. Kemudian hal ini diperparah dengan munculnya satu koalisi besar yang seolah mengabur pilihan dan persaingan yang kompetitif,” papar Felia.
Lebih lanjut dia menekankan bahwa hasil pilkada yang melibatkan kotak kosong dapat menimbulkan pertanyaan tentang legitimasi pemimpin terpilih. Terlebih, kata dia, bila banyak pemilih yang memilih kotak kosong.
Menurut dia, hal tersebut dapat melemahkan hubungan antara pemimpin dan rakyat, serta memperburuk ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi politik.
Oleh sebab itu, dia mempertanyakan komitmen partai politik dalam menciptakan persaingan yang sehat dan demokratis karena demokrasi yang ideal seharusnya menawarkan pilihan calon kepala dan wakil kepala daerah yang beragam untuk berkontestasi menawarkan visi hingga program.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum mencatat ada 41 daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon kepala dan wakil kepala daerah atau calon tunggal pada Pilkada 2024 berdasarkan data per Rabu (4/9) pukul 23.59 WIB. Adapun 41 daerah itu terdiri atas satu provinsi, 35 kabupaten, dan lima kota. (Sumber: Antara)