Jakarta-IMBCNews – Pengacara dan pegiat politik, Mustaris Tanjung SH menilai ulah cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka pada debat cawapres kurang memiliki etika, dan pengendalian diri.
“Dia kurang memiliki sopan santun kepada orang yang lebih tua,” tandas Mustaris caleg Partai Umat dapil 1 Sumatera Barat nomor urut 4 di Jakarta, baru-baru ini, mengamati jalannya debat cawapres, Ahad 21 Januari 2024.
Menurut Mustaris yang juga Advokat Muslim Indonesia, publik akhirnya membahas tidak pada esensi debat tetapi pada kepatutan, dan etika.
Di samping itu, Gibran tidak patuh kepada keputusan KPU RI. Dalam debat terdahulu dia mengajukan pertanyaan menjebak kepada Gus Imin. Dia mengajukan singkatan yang tidak umum.
Karena itu KPU RI membuat keputusan bahwa kalau ada pernyataan singkatan atau tidak umum, penanya harus menjelaskan istilah itu.
“Sayangnya, itu diulang lagi dalam debat kedua. Karena itu Mahfud MD jengkel, dan menyatakan itu pertanyaan itu recehan. Itu jelas menunjukkan kurang etika, dan sopan santun,” tegas anggota Tim Pembela Aqidah Islam yang juga anggots Tim Pembela ulama dan Aktivis ini.
Mustaris mengharapkan KPU RI memberikan peringatan kepada anak sulung Jokowi itu. Hal semacam itu harus dipagari agar tidak dilanggar sesukanya.
Dia memberikan nilai positif kepada Gus Imin. Sindiran tentang ijazah palsu, dan anak SD jelas itu diarahkan kepada Gibran, dan Jokowi. “Itu pukulan yang menyakitkan untuk Gibran sehingga dia tidak mampu untuk menjawab,” katanya.
Gibran pun tidak bisa menjawab pertanyaan Mahfud MD tentang janji Presiden Jokowi yang tidak akan melakukan impor tetapi kenyataannya dia melakukan impor di seluruh komoditi.
“Saya setuju pernyataan Majalah Tempo bahwa Gibran itu anak haram demokrasi. Itu terlihat di debat semalam,” pungkas Mustaris. (KS)