IMBCNews – Jakarta – PERANG dagang antara Amerika Serikat dan China makin meruncing setelah Presiden Donald Trump mengenakan tarif resiprokal tinggi, lalu dibalas oleh China dengan melakukan hal sama.
China seperti dilaporkan AFP, menaikkan tarif atas impor dari AS menjadi 125 persen, Jumat lalu (11/4) dan mulai berlaku sehari kemudian (Sabtu, 12/4) sebagai balasan atas tarif impor 145 persen yang dikenakan AS terhadap China sebelumnya.
Kemlu China juga mengecam kebijakan tarif AS itu yang dianggapnya sebagai pelanggaran serius aturan perdagangan internasional yang diatur dalam WTO, dan lebih dari itu “melanggar akal sehat, intimidasi dan merupakan pemaksaan sepihak”.
Pemerintah China juga memerintahkan maskapai penerbangan domestik untuk menghentikan penerimaan pesawat Boeing yang dibeli dari AS di tengah ketegangan yang semakin memuncak dalam perang dagang antara kedua steru bebuyutan itu.
Selain menunda pengiriman pesawat, maskapai-maskapai penerbangan China juga diminta untuk menangguhkan pembelian peralatan serta suku cadang pesawat dari perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Terus berbalasan
Langkah boikot China muncul setelah pihaknya terlibat dalam rentetan kebijakan tarif yang terus meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menjabat pada Januari lalu.
China mengecam kebijakan Presiden Trump sebagai bentuk intimidasi yang melanggar hukum dan menyebut kenaikan tarif lanjutan tidak akan memberikan hasil berarti dalam meredakan ketegangan perdagangan.
Kebijakan tarif Trump diperkirakan akan berdampak langsung terhadap biaya impor pesawat dan komponen dari AS. Laporan AFP menyebut, langkah China berpotensi memicu lonjakan harga bagi maskapai yang saat ini masih menyewa pesawat Boeing.
Bloomberg juga melaporkan pemerintah China sedang mempertimbangkan opsi untuk memberikan dukungan kepada maskapai-maskapai yang terlanjur menyewa jet Boeing dan menghadapi beban biaya tambahan.
Sementara itu, Presiden Trump yang dikenal kerap mengambil keputusan secara tiba-tiba, pekan lalu sempat mengumumkan penghentian sementara rencana kenaikan tarif lanjutan, namun, tidak ada kebijakan penangguhan konkret yang ditawarkan kepada China.
Pejabat AS Jumat lalu (11/4) mengumumkan pengecualian tarif impor terhadap sejumlah produk teknologi dari China dan negara lain, seperti ponsel pintar, semikonduktor, dan komputer.
Jika perang tarif antara kedua negara adidaya itu terus berlanjut, juga pengenaan tarif tinggi terhadap puluhan negara termasuk RI yang ditangguhkan selama 90 hari dilanjutkan lagi dicemaskan akan memicu resesi ekonomi global.
Tidak ada pihak yang diuntungkan jika perang tari berlanjut karena konsumen akan membeli produk impor lebih mahal, sementara industri terancam gulung tikar karena daya beli juga turun. (imbcnews/Theo/sumber diolah: AFP/kompas.com/ns)