IMBCNews – Ritel raksasa asal Timur Tengah, Lulu Hypermarket viral usai kabar penutupan sejumlah gerainya di Indonesia mencuat ke publik. Gerai-gerai yang terkena dampak dilaporkan melakukan cuci gudang besar-besaran dengan diskon hingga 80%, sebuah tanda jelas dari proses likuidasi stok menjelang penutupan.
Lulu Hypermarket, salah satu jaringan ritel asal Timur Tengah, mengumumkan penutupan operasional semua gerainya, termasuk yang berada di Indonesia, pada tanggal 10 April 2025. Keputusan ini diambil setelah mengalami penurunan signifikan dalam penjualan dan permasalahan dalam pengelolaan stok barang.
Berdasarkan pantauan di gerai Lulu Hypermarket di The Park Sawangan, Depok, menunjukkan kondisi yang sangat memperihatinkan. Di depan pintu masuk, barang-barang dengan label “clearance promo” atau promo cuci gudang terpajang, mengindikasikan berbagai produk dijual dengan harga miring. Masuk ke dalam, pengunjung hanya menemukan tiga kasir yang beroperasi, sementara rak-rak makanan dan freezer terlihat sangat kosong. Ketersediaan barang, khususnya dalam kategori makanan sangat minim. Banyak rak dalam keadaan kosong, dan hanya tersisa beberapa item tak teratur, termasuk roti. Seorang pegawai yang enggan menyebutkan namanya mengatakan bahwa situasi ini telah berlangsung sejak akhir 2024, yang berakibat pada tidak adanya produk baru yang masuk ke dalam gerai.
Penampakan itu merupakan tanda Lulu Hypermarket akan segera berhenti beroperasi lantaran kondisi keuangan. Diketahui jika tutupnya Lulu Hypermarket ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan berlaku untuk seluruh kawasan di Asia Tenggara.
Kondisi serupa juga terjadi di gerai Lulu Hypermarket Cakung, Jakarta Timur. Di kawasan ini terlihat sebagian besar area sudah sangat kosong tanpa satupun produk yang dipajang. Begitu juga dengan lemari-lemari pendingin yang biasa digunakan untuk menyimpan minuman berpemanis dan produk olahan pangan beku juga sudah kosong tak berisi. Bahkan akses menuju bagian makanan segar atau produk makanan beku juga sudah ditutup dengan rak roti yang tidak ada isinya. Rak-rak ini disusun berbaris menghalangi pengunjung menuju area F&B karena sudah tidak ada produk di area itu. Indikasi ekonomi Indonesia sedang tak bagus semakin nyata.
Karyawan LuLu Hypermarket mengaku resah dan bingung terkait masa depan mereka di tengah kabar penutupan sejumlah gerai. “Banyak juga yang menunggu kejelasan gitu lah, yang karyawan tetap juga deg-degan sekarang tinggal dua (karyawan tetap), sisanya anak magang,” kata salah satu karyawan LuLu Hypermarket, Dadang (bukan nama sebenarnya), saat ditanya awak media, Kamis (3/4/25).
Menurut Dadang, saat ini operasional gerai hanya untuk menghabiskan stok lama yang masih tersisa di gudang. Saat ini kondisi swalayan tersebut tengah mengadakan obral harga untuk barang-barang yang masih tersedia sebelum akhirnya tutup. Rak barang yang berada di dalam kini juga sudah kosong.
Pemilik Lulu Hypermarket
Siapa pemilik gerai Lulu Hypermarket yang bakal tutup 10 April 2025? Pemilik gerai Lulu Hypermarket rupanya adalah sosok raja ritel asal Timur Tengah yang bernama Yusuff Ali. Meski dimiliki oleh seorang pengusaha sukses, rupanya tidak menjamin sebuah usaha memiliki umur panjang.
Sosok pemilik gerai Lulu Hypermarket, adalah Yusuff Ali MA yang nilai kekayaannya saat ini sekitar USD 5,5 miliar atau Rp 91 triliun (kurs Rp 16.560). Meski memiliki harta berlimpah, kekayaan itu sebenarnya telah menurun sekitar USD 64 juta atau Rp 1,05 triliun dari tahun lalu menurut Forbes.
Yusuff Ali berasal dari sebuah desa kecil di Kerala, India Selatan. Pada tahun 1973, ia memutuskan untuk merantau ke Abu Dhabi dan bergabung dengan usaha distribusi yang dijalankan oleh pamannya. Di luar bisnis ritelnya, Yusuff Ali juga memiliki berbagai aset properti mewah, termasuk Waldorf Astoria di Skotlandia serta Great Scotland Yard Hotel, yang sebelumnya merupakan kantor pusat Kepolisian Metropolitan Inggris.
Perusahaannya, Lulu Group International, mengoperasikan jaringan hypermarket Lulu yang tersebar luas di Timur Tengah. Grup ini memiliki omzet tahunan sekitar 4,5 miliar dolar dan membuka banyak lapangan pekerjaan bagi warga India yang bekerja di luar negeri. (*)
okezone/imbcnews/diolah