Oleh: H Anwar Abbas *]
Menyongsong perhelatan akbar bertajuk: Muktamar Nasional (Munas) Muhammadiyah ke-48, diwarnai dengan usulan dan saran mengenai perlunya ‘darah segar’ agar masuk ke jajaran kepengurusan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Begitu antara lain yang juga diinginkan oleh Prof. Dr. H. Din Syamsuddin, MA.
Keinginan Ketua Umum Muhammadiyah Periode 2005-2010 dan 2010-2015 tersebut, sebenarnya sudah jelas dan bakal terjadi dalam waktu dekat. Alasannya, darah segar dimaksud sangat dimungkinkan untuk masuk dan melengkapi kepengurusan PP Muhammadiyah mendatang. Hal itu perlu pula didekati dengan fakta yang ada, bahwa kepemimpinan PP Muhammadiyah yang berjalan saat ini terdapat kekosongan jumlah personil.
Ada 3 (tiga) orang Pengurus PP Muhammadiyah yang sudah meninggal dunia, tanpa ada pergantian antar waktu. Ketiga tokoh yang meninggal adalah Yanuar Ilyas, Bachtiar Efendi, dan Suyatno. Oleh karena itu, pada Munas Muhammadiyah ke-48 nanti dapat juga dipastikan akan terlengkapinya personil kepengurusan baru PP Muhammadiyah dengan masuknya darah segar guna menumbuhkan semangat baru. Bukankah tantangan pada periode-periode kepengurusan mendatang memiliki perbedaan dengan masa-masa yang telah lalu?
Dengan melihat ke depan, perlu di sini kita saling mengingatkan, di mana yang sangat penting dipikirkan oleh peserta muktamar yang beberapa hari lagi akan bersidang, adalah tentang apa yang mesti dikerjakan Muhammadiyah untuk masa 5 (lima) tahun ke depan. Pasalnya, tantangan yang hadapi oleh ummat, bangsa dan negara, jelas semakin berat. Hal itu dapat disinyalir dari terjadinya desakan perubahan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Selain iptek, juga ada gejala terjadinya perubahan pada konstelasi politik dunia; Serta tergejalakan pula akan terjadi pergeseran pusat peradaban dan kemajuan dari Barat mengarah ke Asia Timur dan Selatan, di mana Indonesia berada di situ. Kalau hal tersebut tidak dipikirkan dan diantisipasi oleh Muhammadiyah, maka tidak mustahil Muhammadiyah akan tergilas.
Mengingat beratnya masalah tantangan, apalagi dalam tahun 2023 yang diperkirakan banyak pihak bahwa dunia akan dilanda resesi. Negeri kita ini, tentu saja akan sulit melepaskan diri dari dampak resesi global, karena ekonomi kita dan negara-negara lain telah terintegrasi satu dengan lainnya ke dalam system ekonomi dunia. Dan ekonomi Indonesia, berada pada pusaran integrasi tersebut.
Bila sekiranya di suatu negara terintegrasi ada masalah, maka dia dengan sendirinya juga akan berpengaruh kepada negara lain, termasuk negara kita. Untuk itu, masalah persatuan dan kesatuan menjadi sesuatu yang sangat penting, karena dengan itulah kita akan dapat menghadapi dan mengatasi masalah yang ada.
Maka dari itu, corak Kepemimpinan Muhammadiyah masa depan, selain mementingkan kompetensi dan integrity, juga harus benar-benar mendukung bagi terbentuk dan tegaknya sebuah kepemimpinan kolektif-kolegial; Di mana, segala masalah dihadapi secara bersama-sama dengan musyawarah mufakat sehingga diharapkan semua persoalan akan dapat diatasi dan ditemukan solusinya.
Dengan pola kepemimpinan kolektif-kolegial, diharapkan pula roda organisasi akan bisa didorong untuk bisa berputar dengan lebih cepat lagi. Sehingga, kemajuan Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi akan bisa diakselerasi. Bila ini yang terjadi, maka kontribusi Muhammadiyah bagi kemajuan ummat, bangsa dan negara dalam berbagai aspek dan dimensinya, tentu akan bisa didorong dengan pencapaian nilai-nilai yang lebih baik dan berdaya jangkau yang lebih besar lagi. Semoga.
*] Penulis, adalah Ketua PP Muhammadiyah