Oleh H Anwar Abbas *]
IMBC NEWS | Salah satu masalah yang jadi perhatian Muhammadiyah dalam Muktamar ke-48 di Surakarta, adalah bagaimana memperkuat ketahanan keluarga. Hal ini dirasa penting. Oleh karena, Muhammadiyah melihat telah terjadi pergeseran nilai dan pelemahan terhadap kedudukan serta fungsi keluarga.
Sedari lama telah disadari bahwa kedudukan seta fungsi keluarga sebagai lembaga pendidikan sosial, pendidikan informal dan nilai keagamaan. Dengan terjadinya pergeseran nilai keluarga tersebut, akhir-akhir ini cenderung terlihat dari tingginya angka perceraian khususnya di kalangan keluarga muda.
Selain itu, juga sering terjadi praktik-praktik kekerasan dalam rumah tangga; Adanya gejala di mana sebagian anggota masyarakat lebih memilih tidak berkeluarga dari pada berkeluarga. Lain itu lagi, maraknya pernikahan siri atau pernikahan yang tidak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) dan lain sebagainya.
Hal terkait dengan pergeseran nilai pada arah yang cenderung buruk, tentu tidak boleh kita biarkan. Oleh karena, kalau hal ini dibiarkan dan tidak teratasi maka tentu akan sulit bagi kita sebagai bangsa untuk membangun generasi muda bangsa yang berakhlaq mulia ke masa depan.
Atas nama upaya bagi perbaikan dan kebaikan bangsa kita ke depan, Muhammadiyah telah melihat persoalan sehingga perlu penguatan ketahanan keluarga. Agenda ini merupakan agenda kebangsaan yang bernilai penting dan strategis.
Untuk itu, Muhammadiyah mengajak pemerintah, organisasi sosial keagamaan, dan semua pihak agar memberi perhatian lebih terhadap persoalan ketahanan keluarga ini melalui pembinaan agama, pendidikan, konsultasi keluarga, advokasi dan pendampingan sosial. Melalui perhatian tersebut, agar kita bisa menciptakan keluarga-keluarga yang hidupnya penuh dengan kedamaian, harmoni dan kasih sayang, serta sejahtera lahir dan batin.
Mudah-mudahan hal ini mendapat perhatian semua pihak. Sehingga, diharapkan juga agar kita semua menemukan formula dalam upaya menjadikan umat dan bangsa ini sebagai umat dan bangsa yang maju, religious, kuat, bermoral, berakhlaq mulia, dan berbudaya. Semoga.
*] Penulis adalah Ketua PP Muhammadiyah, tinggal di Jakarta