IMBCNews, Jakarta | Musyawarah Kwartir Cabang (Musycab) Hizbul Wathan (HW) Matraman, menjadi bagian penting pada pola kepemimpinan berkelanjutan. Demikian antara lain Ketua Kwarcab HW Drs SM Hasyir Alaydrus MM yang mengakhiri masa jabatannya.
Hasyir juga menyebut, Musycab HW kali ini sebagai momentum bersejarah, karena gerakan kepanduan HW tidak terpisahkan dengan dinamika Muhammadiyah, mau pun kepenaduan di tanah air.
“Hizbul Wathan, salah satu Organisasi Otonom Muhammadiyah yang diberi ruang melakukan kegiatan pembinaan kemandirian, baik dalam manajemen organisasi mau pun kegiatan kaderisasi,” kata Hasyir dalam sambutan pada Musycab HW di Aula SMA Muhammadiyah 12 Matraman, Jakarta Timur, Ahad (26/2/2023).
Ia menambahkan, gerakan Kepanduan HW telah dimulai 1918. KH R Hadjid mengusulkan, kepanduan Muhammadiyah dinamakan Pandu Hizbul Wathan.
“HW, didirikan untuk menyiapkan dan membina anak-anak, para remaja, dan pemuda yang memiliki akidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi. Bil khusus, generasi muda yang berakhlak karimah; Dengan tujuan terwujudnya pribadi Muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader persyarikatan, sekaligus berkontibusi pada pembangunan ummat dan bangsa,” papar dia di hadapan peserta, terdiri dari 4 Qobilah HW di Kwartir Cabang HW Matraman.
Ketua Kwarcab HW Matraman periode 2015-2020/2023 ini mengharap musycab berjalan lancar, sesuai dengan tata tertib yang disepakati. Dan bagi Ketua Kwarcab terpilih sesuai mekanisme musycab, diharapkan, nantinya lebih mampu mendinamisasi HW pada kegiatan-kegiatan pembinaan kualitas kader dalam menghadapi tantangan yang makin kompleks masalah dewasa ini dan mendatang.
Ketua Cabang Muhammadiyah (PCM) Matraman Drs H Nandi Rahman M Ag dalam Pembukaan Musycab HW bertema: Hizbul Wathan Melintasi Sejarah Membangun Masa Depan Berkemajuan, menyampaikan pesan, segenap pengurus HW tetap menjaga tata tertib musycab hingga dapat dicapai kemufakatan dan terpilih Ketua Kwarcab HW Matraman yang baru.
Menurut Nandi Rahman, HW adalah sebuah sistem pendidikan bagi remaja dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Ruang lingkup usaha dalam HW meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan biasanya, kader-kader HW dimulai dari penjenjangan seperti dalam Gerakan Pramuka berdasarkan kelompok usia.
Nandi Rahman melanjutkan, untuk istilah jenjang di Pandu HW beda istilah saja dengan Pramuka. Di HW, pertama usia 6-10 tahun dinamakan Athfal, jenjang kedua umur 11-15 tahun dinamakan Pengenal, jenjang ketiga umur 17-20 tahun disebut Penghela dan usia 21-25 tahun disebut Penuntun
“Untuk masa perjuangan HW, sebenarnya sudah cukup panjang, sejak 1918. Jadi HW lebih dulu lahir dari pada Pramuka. HW merupakan pendidikan yang kegiatannya lebih banyak di lapangan, dengan materi pengajaran dan pembinaannya lebih kepada ketrampilan kader dalam kegiatan sosial,” katanya.
Sekali pun Pandu HW lebih dulu lahir dari Pramuka, sebut Nandi Rahman, namun harus juga diakui Ortom yang turut mengaplikasikan guna mencapai tujuan Muhammadiyah ini seperti kalah bersaing dengan Gerakan Pramuka.
“Ada sedikit sejarahnya. Pandu HW pernah dilarang oleh Pemerintah Pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, sekitar tahun 1942-1945. Namun HW terus bergerak aktif menghadapi penjajah terlebih Belanda, dan terlebih lagi saat-saat Agresi Militer tahun 1947-1949,” terang dia.
Nandi mengemukakan, Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman saat-saat agresi militer memiliki andil besar melawan pasukan Balanda melakukan agresi militer terhadap Indonesia. Gerakan perang grilia yang dikomandoi Jenderal Sudirman membawa hasil menakjubkan, karena Indonesia akhirnya diakui PBB sebagai negara merdeka.
“Nah, siapa Sudirman? Beliau adalah guru dan pembina Pandu HW dan sangat aktif dalam kegiatan pembela tanah air kita. Soedirman yang sedang menjadi pimpinan Pandu HW ketika itu, Presiden Soekarno memintanya untuk menjadi Panglima TNI,” jelasnya.
Hal yang menarik, tambah Nandi Rahman, bahwa Soedirman tidak langsung menyatakan sedia, tetapi lebih dahulu meminta persetujuan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang pada akhirnya disetujui oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menjadi Panglima TNI. (Asy: Musycab HW)