IMBCNews, New York | Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, hingga kini masyarakat Rohingya menangis dalam senyap; Karenanya, ia mendesak agar dunia tidak diam saja.
Hal itu dikatakan Retno pada pertemuan Side Event mengenai Rohingya bertajuk “Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar” di sela-sela High Level Week, Sidang Majelis Umum PBB ke-78, Kamis.
Menurut Retno, nasib masyarakat Rohingya masih belum jelas. Situasi global dan kondisi domestik di Myanmar membuat isu ini semakin kompleks dan sulit. “Komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan isu ini adalah niscaya,” katanya.
Pada pertemuan tersebut, Menlu RI menyampaikan dua hal yang perlu dilakukan untuk membantu para pengungsi Rohingya, yaitu: pertama, mendorong adanya solusi politik.
“Isu Rohingya adalah isu kemanusiaan, tapi sangat politis. Oleh karenanya, satu- satunya jalan keluar untuk Rohingya ini adalah melalui solusi politik,” sebut Menlu Retno.
Penyelesaian masalah Rohingya, tambah dia, harus menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari solusi krisis politik di Myanmar. Menlu menyampaikan bahwa upaya dialog nasional yang inklusif yang didorong oleh ASEAN melalui Five Point Consensus juga harus mencakup penyelesaian bagi masyarakat Rohingya.
Terkait isu repatriasi pengungsi Rohingya, Menlu menyampaikan harus difasilitasi secara sukarela, aman dan bermartabat.
Selanjutnya, Menlu Retno sampaikan bahwa ASEAN akan terus membantu Rohingya dan ASEAN tidak akan pernah melupakan Rohingya.
Kedua, memastikan tersedianya bantuan kemanusiaan. Secara umum, rakyat Myanmar memerlukan bantuan kemanusiaan, namun bantuan untuk Rohingya paling dibutuhkan.
Baca Juga: Paus Fransiskus Serukan Diakhirinya Kekerasan di Yerusalem
“Saat ini lebih dari 1 juta masyarakat Rohingya terlantar dan menjadi pengungsi, sementara mereka yang tinggal di wilayah Rakhine juga menghadapi situasi yang sangat sulit. Mereka rentan menjadi korban kejahatan terorganisir,” ujar Menlu RI.
Karena itu, dukungan dari dunia internasional perlu terus diperkuat.
“Saat ini, masyarakat Rohingya menangis dalam senyap. Hanya karena kita tidak bisa mendengar tangisan mereka, kita tidak boleh tinggal diam,” tegas Menlu.
Pertemuan tersebut disponsori bersama oleh Bangladesh, Indonesia, Kanada, Gambia, Malaysia, Türkiye, Inggris dan Amerika Serikat. (Sumber: MINANews-R/RE1/P2)