IMBCNEWS Jakarta | – Korupsi di Indonesia telah menjadi momok yang menghantui setiap lapisan masyarakat. Dari pejabat tinggi hingga rakyat kecil, praktik-praktik korupsi kerap ditemukan di berbagai sektor. Namun, apa sebenarnya akar dari permasalahan ini? Taufiequrachman Ruki, mantan Ketua KPK periode awal, memperkirakan, korupsi di Indonesia sulit diberantas. Pasalnya, sifanya akut, dan banyak pejabat yang serakah (greedy).
Jenis korupsi itu sulit diberantas karena ketamakan yang tak kunjung kenyang. Beda kalau korusi yang dilakukan karena kebutuhan, (need) seperti tukang parkir atau pak ogah yang hanya meminta uang recehan. Korusi bersifat kebutuhan itu mudah diberantas, kata Ruki dalam diskusi yang digelar Serikat Media Siber Indonesia di Jakarta, Selasa.
Tema diskusi Mengawal Pemerintahan Baru di Bidang Hukum itu, Ia berbicara tentang korupsi dari perspektif manusia, yakni kebutuhan, yang biasanya melakukan korupsi kecil-kecilan dan manusia dengan kekuasaanlah yang melakukan korupsi besar-besaran.
“Meskipun pendapatan anggota DPR dan gubernur sudah besar, mengapa korupsi tetap terjadi? Hal ini terjadi karena sistem yang lemah,” ungkap Ruki.
Sistem yang dimaksud adalah fondasi utama yang seharusnya mampu mengurangi tindak kejahatan korupsi. Namun, kenyataannya, sistem pelayanan publik kita masih belum optimal. Sebagai contoh, sistem pelayanan pengurusan izin yang masih terasa sangat sulit dan berlarut-larut, sering kali menciptakan celah bagi praktik-praktik korupsi.
“Saya mengajak kita semua untuk mengevaluasi sistem yang ada untuk diperbaiki. Sistem politik kita, sistem daerah, dan sistem lainnya perlu direformasi. Kita harus menciptakan sistem yang kuat dan akuntabel,” tegas Ruki.
Korupsi tak akan merajalela di Indonesia jika ada dua orang saja yang memiliki komitmen kuat untuk menghapusnya. “Cukup komitmen kuat dan akuntabel dari Presiden dan Ketua Mahkamah Agung. Kita butuh pemimpin seperti itu, dan pemerintah harus berani merapihkan sistem yang ada,” tambahnya.
Pada akhir pidatonya, Ruki menutup dengan sebuah pantun, “Kemiskinan mungkin tidak akan membuat negara ini kacau balau, tetapi tanpa keadilan, negara ini akan hancur berantakan.” Kalimat ini mencerminkan betapa pentingnya keadilan dalam menjaga kestabilan dan keberlangsungan sebuah negara.
Perjuangan melawan korupsi memang tidak mudah dan memerlukan usaha yang konsisten dari semua pihak. Namun, dengan komitmen bersama dan perbaikan sistem yang mendasar, korupsi di Indonesia bisa diminimalisir.
elain Taufiequrahman Ruki juga tampil sebagai pembicara Beny Mamoto Kompolnas, yang sebelumnya Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN). Beny menambahkan, Indonesia kedepan mempunyai tantangan yang besar terhadap penegakan hukum karena masuk dalam globalisasi kejahatan, seperti narkoba, judi dan traffcking (penjualan orang).
Di Bali misalnya salah satu tujuan pasar penjualan Narkoba. Orang-orang asing pergi ke Bali, ternyata bukan sebagai wisata semata, tetapi mendirikan pabrik narkoba karena lebh mudah dalam penyalurannya. Inilah tantangan baru di era gobalisasi dalam usaha penegakan hukum kedepan.
imbcnews/dolah/