IMBCNews – Jakarta – Panglima militer Sudan, Abdel Fattah al-Burhan menyatakan, ibu kota Kathoum yang diduduki Pasukan Pendukung cepat (RSF) selama dua tahun telah berhasil diambil alih lagi oleh pasukan pemerintah yang dipimpinnya.
“Khartoum sudah bebas, semuanya telah selesai,” ujar Burhan dalam siaran televisi pemerintah yang dikutip AFP, Rabu (26/3).
Burhan dengan mengenakan seragam militer mengangkat kepalan tangannya di antara tentara yang bersorak- sorak mengelu-elukannya.
Bangunan istana tampak hancur, dengan kaca jendela pecah dan aula yang dipenuhi sisa-sisa tempat tidur para para pemberontak
Keberhasilan tersebut menjadi puncak kampanye intensif oleh militer Sudan untuk merebut kembali institusi negara di pusat kota Khartoum.
Penduduk Khartoum dan Port Sudan merayakan kemenangan setelah berbulan-bulan hidup dalam ketakutan akibat pertempuran sengit. Video yang beredar di media sosial menunjukkan kegembiraan masyarakat menyambut pasukan pemerintah.
“Kalian telah bertahan begitu lama,” ujar seorang pejuang pro-militer kepada warga dalam video yang belum diverifikasi oleh AFP, sementara dii Port Sudan, ratusan orang turun ke jalan merayakan keberhasilan militer Sudan.
Mereka meneriakkan “Satu rakyat, satu tentara” untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap pasukan pemerntah, walau kemenangan itu dibayangi oleh laporan serangan udara mematikan yang menargetkan pasar di Darfur Utara.
Dalam kejadian tersebut, militer Sudan dituduh melancarkan serangan udara paling mematikan untuk menghantam kota Tora, yang dikuasai pemberontak di wilayah barat Darfur.
Dua warga yang terlibat dalam pemakaman massal menyatakan bahwa setidaknya ada 270 orang yang tewas akibat serangan tersebut.
PBB terkejut dan Marah
Menanggapi serangan tersebut, Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Turk yang terkejut dan marah menyebutkan, meskipun ia berulang kali memperingatkan pasukan militer dan RSF untuk melindungi warga sipil, mereka terus membunuh tanpa pandang bulu, memutilasi, dan menganiaya hampir setiap hari.
“Serangan terhadap warga sipil harus dihentikan. Tidak boleh ada impunitas bagi para pelaku,” tegas Turk. Lebih dari 200 Orang Tewas, dan walaupun RSF Kalah di Ibu Kota, tetapi sejauh ini masih menguasai sejumlah kantong perlawanan.
Perang di Sudan pecah pada April 2023 ketika Burhan berseteru dengan mantan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo, pemimpin RSF.
RSF merebut Khartoum dan memaksa pemerintah mengungsi ke Port Sudan di Laut Merah. Menurut PBB, lebih dari 3,5 juta orang telah melarikan diri dari Khartoum sejak perang dimulai, sementara jutaan lainnya tetap bertahan di tengah kelaparan dan serangan tanpa pandang bulu dari kedua belah pihak.
Meskipun kini mengalami kekalahan besar di ibu kota, RSF masih menunjukkan perlawanan. Pada hari yang sama, kelompok ini mengumumkan aliansi militer dengan Sudan People’s Liberation Movement-North (SPLM-N), kelompok pemberontak yang menguasai daerah perbatasan dengan Sudan Selatan dan Ethiopia.
Namun, di sisi lain, pasukan Sudan telah mengamankan Bandara Khartoum, yang sebelumnya menjadi basis utama RSF, serta mengepung benteng terakhir RSF di Jebel Awliya.
Seorang sumber militer menyatakan, pasukan RSF melarikan diri ke selatan, melintasi Sungai Nil melalui Jembatan Jebel Awliya, satu-satunya jalur penghubung RSF di Khartoum dengan wilayah barat yang mereka kuasai, terutama di Darfur.
Para analis juga memperingatkan, perang masih jauh dari selesai. RSF masih memiliki basis kuat di Darfur dan wilayah selatan, sementara Sudan terus terpecah antara wilayah yang dikuasai tentara di utara dan timur serta wilayah yang masih berada di bawah kendali RSF.
Situasi bakal terus berkembang, bisa ke arah membaik, bisa juga sebaliknya, sementra rakyat Sudan masih harus menghadapi ketidakpastian panjang sebelum perdamaian benar-benar tercapai. (imbcnews/Theo/sumber diolah: (AFP/ns)