IMBCNEWS – Jakarta – Menyusul keberhasilan ilmu kedokteran Amerika Serikat tahun lalu, China melaporkan transplantasi ginjal babi hasil rekayasa ke pasien perempuan (69 tahun) yang menderitah gagal ginjal sejak delapan tahun terakhir.
Keberhasilan tersebut, seperti dilaporkan haria the New York Times (29/3) menjadikannya orang ketiga di dunia yang menerima transplantasi organ dari hewan setelah dua orang sebelumnya melakukan transplantasi ginjal babi di Amerika Serikat.
Setelah hampir tiga minggu pasca operasi, pasien asal China itu dilaporkan dalam kondisi sangat baik dan ginjalnya berfungsi dengan normal.
Dokter Lin Wang dari Xijing Hospital di Fourth Military Medical University di Xi’an yang memimpin tim transplantasi mengatakan, pasien masih menjalani pemantauan intensif di rumah sakit untuk memastikan keberhasilan jangka panjang transplantasi ini.
Tim peneliti yang sama juga melaporkan sebuah eksperimen penanaman hati babi ke dalam tubuh manusia yang mengalami mati otak.
Dalam eksperimen tersebut, para ilmuwan mengubah babi secara genetik sehingga organ mereka lebih mirip manusia dengan harapan dapat mengurangi kekurangan transplantasi.
Setelah berhasil dengan ginjal babi, Wang sedang mengembangkan eksperimen berikutnya dengan melakukan pencangkokan hati babi pada manusia.
Timnya melaporkan di jurnal Nature (26/3) bahwa hati babi yang ditransplantasikan ke orang yang mati otak dapat bertahan selama 10 hari, tanpa tanda-tanda awal penolakan.
Dia menambahkan, hati babi menghasilkan empedu dan albumin, yang penting untuk fungsi organ dasar, meskipun tidak sebanyak hati manusia.
“Kami menemukan bahwa hati babi dapat sedikit berfungsi pada manusia,” kata Wang. Rumah sakit lain di China dilaporkan melakukan transplantasi hati babi ke pasien yang masih hidup tahun lalu setelah hatinya harus diangkat akibat terkena kanker.
Pasien mati otak
Sementara di AS pada 2024, ahli bedah di University of Pennsylvania mencoba upaya menempelkan hati babi secara eksternal ke tubuh manusia yang mati otak untuk menyaring darah, seperti dialisis untuk ginjal yang gagal.
Hingga saat ini, pengembang babi AS eGenesis sedang mempelajari pendekatan itu. Para ilmuwan terus mengembangkan teknologi rekayasa genetika untuk membuat organ babi lebih mirip dengan organ manusia guna mengurangi risiko penolakan.
Dengan meningkatnya permintaan donor organ dan keterbatasan pasokan organ manusia, xenotransplantasi dapat menjadi solusi medis yang revolusioner di masa depan.
Para ahli bedah AS yang mentransplantasikan ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik ke pasien manusia dengan kondisi mati otak pada Kamis (14/9), mengumumkan telah mengakhiri eksperimen selama 61 hari yang memecahkan rekor.
Prosedur eksperimental terbaru ini merupakan bagian dari bidang penelitian yang terus berkembang yang bertujuan untuk memajukan transplantasi lintas spesies, terutama menguji teknik ini pada tubuh yang telah disumbangkan untuk ilmu pengetahuan.
Ada lebih dari 103.000 orang yang menunggu transplantasi organ di AS, 88.000 di antaranya membutuhkan ginjal.
“Kami telah belajar banyak selama dua bulan terakhir ini melalui pengamatan dan analisis yang cermat, dan ada alasan yang kuat untuk berharap di masa depan,” kata Robert Montgomery, Direktur Institut Transplantasi Langone Universitas New York, (NYU) yang memimpin operasi mulai Juli, dikutip AFP.
Itu adalah xenotransplantasi kelima yang dilakukan oleh Montgomery, yang juga melakukan transplantasi ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik pertama di dunia pada September 2021.
Menjadi kabar baik, jaringan yang dikumpulkan selama penelitian menunjukkan adanya proses penolakan ringan, yang membutuhkan intensifikasi obat penekan imun.
Dengan “melumpuhkan” gen yang bertanggung jawab atas biomolekul yang disebut alpha-gal -target utama untuk antibodi manusia yang berkelana-, tim NYU Langone mampu menghentikan penolakan segera.
Babi donor dalam percobaan ini berasal dari kawanan babi yang dibudidayakan oleh perusahaan bioteknologi yang berbasis di Virginia, Revivicor.
Kawanan babi tersebut juga telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai sumber daging bagi orang-orang yang memiliki hipersensitivitas terhadap molekul alfa-gal, sebuah alergi yang disebabkan oleh gigitan kutu.
Babi-babi ini dikembangbiakkan, bukan dikloning, yang berarti prosesnya dapat lebih mudah ditingkatkan.
Berawal dari primata
Penelitian xenotransplantasi awal berfokus pada pengambilan organ dari primata, misalnya, jantung babon ditransplantasikan ke bayi yang baru lahir yang dikenal sebagai “Baby Fae” pada tahun 1984, tetapi ia hanya bertahan hidup selama 20 hari.
Upaya saat ini berfokus pada babi yang dianggap sebagai donor yang ideal untuk manusia karena ukuran organ, pertumbuhannya yang cepat, dan jumlah anaknya yang banyak, serta fakta, babi sudah menjadi sumber makanan (walau haram bagi muslim-red).
Para ahli bedah Fakultas Kedokteran Universitas Maryland melakukan transplantasi babi ke manusia pertama di dunia pada pasien yang masih hidup melibatkan organ jantung.
Pasien tersebut meninggal dua bulan setelah temuan yang menjadi tonggak sejarah itu disebabkan munculnya porcine cytomegalovirus di organ tersebut yang kemudian dianggap sebagai penghalangnya.
Pekan lalu, para ilmuwan China menerbitkan sebuah makalah yang menunjukkan bahwa mereka telah berhasil menanamkan ginjal hibrida babi-manusia pada embrio babi, sebuah pendekatan alternatif yang juga berpotensi membantu mengatasi kekurangan donasi organ.
Namun, pengembangan ini menimbulkan masalah etika, terutama karena beberapa sel manusia juga ditemukan di otak babi, kata para ahli.
Teknologi terus berkembang, namun bagi umat beragama, batasnya, rahasia dan hak prerogatif Allah. (Imbcnews/THeo/sumber diolah: Newyork Times)