Catatan singkat menjelang peringatan hari kemerdekaan AS 4 july 2024
Amerika Serikat (AS) merupakan dalang utama yang telah membuat konflik Palestina-Israel tidak pernah kunjung selesai. Kesimpulan ini memiliki dasar dan alasan yang cukup kuat. Ini terlihat dari 83 kali veto yang digunakan Amerika Serikat terhadap draf atau rancangan resolusi-resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, 41 kali di antaranya digunakan oleh AS untuk membela kepentingan Israel.
Sikap dan langkah yang dilakukan AS ini tentu tidak bisa dilepaskan kaitannya, dengan kepentingan dari industri peralatan perang yang mereka miliki dimana dengan adanya perang yang berketerusan antara Israel dan Palestina, AS bisa secara terus menerus memasok senjata ke negara zionis tersebut.
Sebagai contoh dalam perang yang terjadi sejak oktober tahun lalu pemerintah AS telah memasok sekitar 14.000 peluru tank ke Israel. Juga dari 22.000 buah bom yang dijatuhkan Israel dalam satu setengah bulan pertama perang Israel-Palestina juga dipasok oleh AS.
Bahkan dalam periode yang sama AS juga telah mengirim sekitar 15.000 bom lainnya, termasuk bom penghancur bunker seberat 900 kg dan 50.000 peluru artileri 155 mm. Akibat dari tindakan Israel dan campur tangan AS tersebut berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza sekurang-kurangnya korban tewas akibat serangan Israel tersebut sekitar 37.084 orang, dan korban luka-luka sekitar 86 ribu orang dimana mayoritasnya adalah kaum perempuan dan anak-anak.
Jadi dari peristiwa genosida atau pembunuhan massal yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina, peran AS dibalik peristiwa tersebut jelas tidak bisa diingkari. Oleh karena itu timbul pertanyaan apakah sikap dan perilaku dari pemerintah AS yang seperti itu masih layak untuk dihormati ? Hanya orang yang punya hati nurani dan memiliki rasa perikemanusiaan serta perikeadilanlah yang bisa menjawabnya dengan jujur.
Penulis,
Anwar abbas
Wakil Ketua Umum MUI