IMBCNews, Karawang | Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Srimukti H Hasan Fudoli menyatakan, penambahan volume pupuk Urea dan Phonska bersubsidi di Desa Panyingkiran, Kecamatan Rawamerta hendaknya jadi perhatian pemerintah.
“Dengan pemberian pupuk yang mencukupi, dapat juga menjadi bagian pendorong tanaman padi agar berbuah lebih banyak butir-butir padinya di setiap tangkai. Sehingga, hasil panen petani dapat meningkat,” kata Hasan Fudoli saat dikonfirmasi awak media di rumahnya, Sabtu (8/6/2024).
Ia juga mengemukakan, selama ini berbagai kelompok tani dipatok dalam memperoleh pupuk bersubsidi; Urea sebanyak 100 kilogram dan Phonska 100 kilogram per hektar ketika musim tanam. “Idealnya, Urea 150 kilogram dan Phonska 150 kilogram per hektarnya dalam sekali musim tanam. Ini, berpotensi untuk meningkatkan hasil panen,” tuturnya.
Bicara masalah pupuk, sebut Hasan Fudoli, sebaiknya pupuk bersubsidi telah tersedia di kios-kios pertanian yang mudah dijangkau petani yang membutuhkan. Sebab, pemupukan tanaman padi sebaiknya tepat waktu mengikuti umur padi sejak mulai tebar benih.
“Yang kemarin-kemarin sempat terjadi ketika padi sudah ditanam ke sawah hingga tiga mingguan pupuknya masih sulit ditemukan di kios pertanian. Jadi, karena keterlambatan memupuk ada kalanya hama tertentu berkembang sangat masif,” ungkapnya.
Menurut Hasan Fudoli, kelayakan pemupukan tepat waktu untuk menyuburkan tanaman padi sawah, juga berpotensi untuk mengurangi risiko serangan hama; Terutama hama sundep atau penggerek batang padi yang akhir-akhir dikeluhkan petani. “Sedangkan empat bulan pada awal tahun 2024 ini pupuk susah ditemukan di kios pertanian dan pembeliannya pun dibatasi 100 kilogram Poshka dan 100 kilogram Urea,” ungkap Hasan Fudoli.
Ia juga menyampaikan, masalah hama yang melanda tanaman padi, khususnya di Kecamatan Rawamerta, telah membuat banyak petani mengeluh. “Hasil panennya sangat merosot. Bahkan di daerah lain kabarnya ada juga yang puso dan ada yang tidak menghasilkan panen sama sekali,” sebut dia.
Lebih lanjut ia sampaikan, untuk hasil panen pada musim sekarang ini, contohnya di lahan sawah yang dikelola Kelompok Tani Srimukti 2 Desa Panyingkiran termasuk cukup menyedihkan juga, karena diserang hama dan keadaan PH tanahnya juga bermasalah. “Pupuk memang bisa membantu untuk menaikkan sehingga tanaman memperoleh rangsangan untuk tumbuh subur. Namun untuk jarak waktu antara panen ke tanam, perlu diperhatikan juga,” sebut dia.
Petani anggota Poktan Srimukti 2, jelas Hasan Fudoli, ada 30 orang. Hasil panennya bervariasi antara 2 ton sampai 5 ton per hektar. “Jika hasilnya di bawah 2 ton per hektarnya tentu saja petani sudah sangat merugi, karena biaya atau modal tanam dan perawatan tanaman padi lumayan besar bagi kantong petani,” katanya.
Ia mencontohkan hasil panen yang dicapai sendiri; Dimana, Hasan Fudoli memperoleh hasil panen sebesar 3 ton pada satu hektar sawahnya. Harga gabah sekarang Rp6.000 per kilogram, jadi jika sekiranya diuangkan sekarang yang dapat ia terima sekitaran Rp18 juta. Sedangkan biaya pupuk serta pekerja atau buruh tani yang membantu, mencapai Rp17 juta.
“Yah, itung-itung ekonomi mah masih tekor, Kang. Perolehan hasil panen saya hanya satu juta sehektar sawah. Ini coba dibagi dari mulai pengelolaan lahan sawah siap tamam dan masa pembenihan. Itu saja sudah hampir sebulan. Kemudian dari tanam di sawah sampai panen, perkirakan saja 120 hari. Satu juta dibagi lima bulan, dapatnya berapa?” keluh dia bernada tanya. (hhr/asy0806: lip/lpg)