Oleh: Asyaro G Kahean
Terjejak juga selama ini, bahwa persyarikatan selalu mengambil peran penting untuk mewujudkan tujuan organisasi yang disusun bersama-sama di internal dengan pola kepemimpinan kolektif-kolegial. Kepemimpinan, menyelenggarakan pembudayaan tajdid atau prifikasi pikiran. Budaya demikian dimaksudkan juga guna ditemukannya kesesuaian-kesesuaian antara tujuan Bermuhammadiyah dengan dinamika regulasi yang diberlakukan dalam bernegara.
Bila merujuk rekam jejak da’wah Muhammadiyah sejak masa kepemimpinan KH Ahmad Dahlan, upaya-upaya penyesuaian berkaitan dengan regulasi kenegaraan memiliki makna; Untuk melancarkan dan mengembangkan teknis pengaplikasian gerakan da’wah Islam berkemajuan, antara lain:
Pertama, meneguhkan status sebagai organisasi yang resmi secara kenegaraan; Kedua, membukakan peluang lebih besar kepada warga persyarikatan, agar melanjutkan syiar Islam dengan sungguh-sungguh; Dan ketiga, mengembangkan gerakan da’wah Islam berkemajuan dengan orientasi yang konsisten; Yaitu, untuk memperbaiki keadaan pribadi (kemandirian) dan situasi sosial keummatan yang terjadi hari ini hingga masa-masa mendatang.
Agaknya, boleh juga dikatakan bahwa Muhammadiyah dalam dinamika perjuangannya selalu mengembangkan konsep akselerasi transformasi ilmu pengetahuan berbasis Alqur-an dan Sunnah secara lebih murni. Ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga harkat serta martabat insani, dalam suatu ikhtiar mengembalikan nilai fithrah ke dalam diri manusia secara mandiri.
Pengembalian nilai fithrah, adalah merupakan bagian akselerasi transformasi ilmu pencerahan yang mendorong terbukanya pintu-pintu istighfar; Searah jalan menuju ke taman firdaus yang dikelilingi tetumbuhan penyejuk jiwa, bertajuk: Taubatan Nashuha. Tajuk ini, termasuk bagian dasar guna meninggikan derajat kaum muslim-mukmin mencapai nilai tertinggi yaitu taqwa ilallah.
Hal tersebut sekaligus sebagai bagian penting dalam membentuk dan membina karakter warga persyarikatan; Supaya ummat yang dijangkau melalui gerakan da’wah persyarikatan memiliki wawasan yang searah dengan terbentuknya insan kamil yang beriman, bertaqwa, dan berakhlaqul karimah.
Demikian antara lain jejak da’wah persyarikatan di Makam KH Ahmad Dahlan. Setiap peziarah tentu membawa kesan sendiri-sendiri. Hingga Kafilah PCM Matraman Jakarta Timur meninggalkan lokasi TPU Karangkajen, lingkungan pemakaman ini sepertinya masih meneruskan berbagi cerita dan isnpirasi kepada para peziarah berikutnya. Wallahu a’lam…. | Sekian, semoga bermanfaat.