IMBCNews, Jakarta | Keynote speaker Drs H SM Hasyir Alaydrus S Sos., MM, dalam Dialog Multikultural yang dihelat Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Matraman Jakarta Timur, mengungkap bahwa kepemimpinan multikultural bukanlah barang asing atau barang baru di batang tubuh Muhammadiyah. Bahkan, dalam pemilihan kepemimpinan di Muhammadiyah yang selalu dilihat adalah kapebelitas seseorang yang punya kemampuan untuk mengeratkan dan menguatkan keragaman atau pun kalangan yang berbeda-beda latar belakang.
Demikian antara lain diungkap Hasyir dalam dialog yang mengusung tema: Kepemimpinan dalam Bingkai Multikultural, berlangsung di Aula SMAM 12, Jalan KH Ahmad Dahlan Nomor 20, Kayumanis, Matraman-Jakarta Timur, Selasa (18/7/2023).
“Kepemimpinan Multikulturan itu mengacu pada kemampuan seseorang atau sekelompok pemimpin, untuk efektif memimpin dan mengelola tim atau organisasi. Sedangkan dalam tim atau organisasi itu terdiri dari individu yang punya latar belakang berbeda-beda,” ungkap dia dalam perhelatan yang juga merupakan rangkaian kegiatan Hari Bermuhammadiyah Seri ke-80 dalam menyongsoing Musycap PCM Matraman ke-13.
Kemudian Hasyir mengemukakan bahwa perbedaan ditemui pada latar belakang budaya, identitias, pemikiran dan pendidikan, keyakinan atau agama, kebutuhan dan nilai-nilai lain yang berbeda-beda juga.
Oleh karenanya, menurut dia, Muhammadiyah yang dilahirkan sejak 18 November 1912 oleh KH Ahmad Dahlan, telah hadir menjadi salah satu bentuk kepemimpinan yang mencirikan kepemimpinan multikultural.
“Sekali pun begitu, sangat mungkin orang lain hanya melihatnya dari sisi identitas, karena Muhammadiyah menganut ajaran Islam. Akan tetapi banyak juga orang yang ternyata enggan melihat banyaknya ditemukan perbedaan-perbedaan mulai dari tradisi, budaya, asal usul daerah, pemikiran, pendidikan dan lain-lain pada setiap individu yang bergabung dalam kepemimpinan di persyarikatan,” paparnya.
Sedangkan dalam Kepemimpinan Muhammadiyah, sebut Hasyir lagi, selalu melibatkan pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman dalam kelompok kerja dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan konflik yang mungkin muncul dari latar belakang yang berbeda-beda tersebut.
“Kepemimpinan Multikultural itu sesungguhnya tentang menciptakan lingkungan yang mendukung keragaman yang ada. Lain itu, memanfaatkan keragaman untuk mencapai tujuan bersama,” tegas dia.
Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah yang kini menjabat salah satu Ketua pada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jakarta Timur ini, kemudian mengemukakan, Pimpinan dalam lingkup multikultural itu mampu menghargai, menghormati, dan mengelola perbedaan dengan bijaksana, sambil mempromosikan kerjasama dan kesuksesan bersama.
“Ini juga belum cukup,” kata Hasyir. “Kepemimpinan multikultural harus pula mampu mengakui bahwa tiap-tiap individu itu membawa perspektif unik ke dalam kelompok namun acap kali dibarengi nilai-nilai keberagaman yang dimaksudkan untuk pencapaian tujuan bersama,” tandasnya. (Asyaro GK)