IMBCNEWS, Jakarta | Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan saat ini negaranya bekerja keras untuk menengahi kesepakatan gencatan senjata dalam pertempuran di Gaza, mengirim bantuan dan pasokan kemanusiaan ke wilayah tersebut, serta membebaskan para sandera. Untuk menghentikan pembunuhan rakyat sipil di Rafah, gencatatan senjata tak dapat di tawar.
“Elemen-elemen kunci dari kesepakatan tersebut sudah dibahas,” kata Biden, namun menambahkan bahwa “masih ada kesenjangan.”
Pernyataan ini dikeluarkan Biden setelah pasukan Israel menyerang wilayah Rafah, di mana sebanyak 67 warga Palestina tewas dalam serangan dari udara dan laut di wilayah tersebut.
Berikut perkembangan terbaru terkait perang di Gaza, sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Selasa (13/2/2024):
Kunci Biden Soal Gaza
Dengan adanya ancaman serangan darat Israel di Rafah, Joe Biden mengatakan AS akan melakukan “segala kemungkinan” untuk mewujudkan gencatan senjata.
Setelah pertemuan dengan Raja Yordania Abdullah II, Biden mengatakan bahwa “elemen-elemen kunci dari kesepakatan tersebut sudah dibahas,” tetapi “masih ada kesenjangan.”
Para pejabat senior dari AS, Mesir, Israel dan Qatar diperkirakan akan bertemu di Kairo untuk membahas kerangka kerja tiga fase yang akan mencakup pembebasan sandera dan mencapai jeda yang diperpanjang. Hal ini disampaikan sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada kantor berita Reuters.
Abdullah mengatakan kepemimpinan Biden adalah kunci untuk mengatasi konflik ini. “Kita membutuhkan gencatan senjata yang langgeng sekarang,” kata Abdullah.
“Perang ini harus diakhiri,” tegasnya.
Di sisi lain, Biden juga turut menyuarakan seruan internasional agar Israel membatalkan rencana serangan militer besar-besaran terhadap kota Rafah. Ia berbicara setelah pembicaraan dengan Abdullah di Gedung Putih pada Senin (12/02/2024).
“Operasi militer besar-besaran di Rafah tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel untuk menjamin keselamatan dan dukungan bagi lebih dari 1 juta orang yang berlindung di sana,” katanya.
Korban Tewas Lewati 28 Ribu
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah warga Palestina yang tewas dalam agresi Israel sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 28.473 orang, termasuk lebih dari 12.300 anak-anak dan sekitar 8.400 wanita.
Setidaknya 68.146 orang terluka, termasuk 8.663 anak-anak dan 6.327 perempuan. Kementerian juga menyebut lebih dari 11.000 orang di antaranya sangat membutuhkan evakuasi.
Warga Palestina Ditahan di Tepi Barat
Jumlah tahanan di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat menjadi 7.000, menurut data dari dua kelompok hak asasi tahanan.
Masyarakat Tahanan Palestina dan Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina mengatakan jumlah ini tidak termasuk mereka yang berasal dari Gaza yang menjadi sasaran penghilangan paksa.
“Penahanan selama periode ini sangatlah brutal. Tahanan diserang, dianiaya dan dipukuli. Beberapa dari mereka digunakan sebagai tameng manusia, sementara yang lain dibunuh saat ditahan,” kata kelompok tersebut.
Keputusasaan di Rafah
Warga Palestina di Rafah menggambarkan kepanikan dan keputusasaan yang menyebar di kota paling selatan Gaza. Ini terjadi setelah Israel mengatakan akan memperluas serangan daratnya ke wilayah padat penduduk.
Setidaknya setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza tinggal di Rafah, sebuah kota yang sebelumnya hanya menampung sebagian kecil dari jumlah tersebut. Wilayah ini berada di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.
Sunak Sampaikan Keprihatinan
Juru Bicara Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan bahwa Sunak “sangat prihatin dengan kemungkinan serangan militer di Rafah”.
“Tidak mungkin melihat bagaimana Anda bisa berperang di antara orang-orang ini, tidak ada tempat bagi mereka untuk pergi… kami sangat prihatin dengan situasi ini dan kami ingin Israel berhenti dan berpikir serius sebelumnya. dibutuhkan tindakan lebih lanjut,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron seperti dikutip Guardian.
AS Akan Setujui Pendanaan ke 3 Negara
Senat AS tampaknya akan menyetujui paket pendanaan yang telah lama ditunggu-tunggu untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan. Senat memberikan suara 66-33 untuk menyingkirkan rintangan prosedural terakhir sebelum pemungutan suara mengenai pengesahan yang mungkin dilakukan pada Rabu besok. RUU tersebut selanjutnya akan dibawa ke DPR.
Mike Johnson, Ketua DPR dari Partai Republik, mengatakan paket tersebut tidak memiliki ketentuan keamanan perbatasan
imbcnews/cnbc/diolah/