Jakarta-IMBCNews – Memperoleh pinjaman bisa menjadi anugerah namun bisa jadi musibah, termasuk juga pinjaman online. Tidak sedikit masyarakat yang terjerumus pinjol namun tidak mampu melunasi, lalu meninggal bunuh diri.
“Kami mencatat 3.000 orang meninggal bunuh diri karena terlilit pinjaman online,” kata Agung Budi Prasetyo, akademisi dan pengamat masalah pinjol pada cara sosialisasi “Bahaya Penyalahgunaan Data Pribadi Dalam Pinjaman Online” di Gedung Benyamin Sueb Jatinegara, Jakarta, Senin (22/7/2024).
Sosialisasi yang diikuti ratusan peserta meliputi wartawan dan bloger diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Komisi XI DPR RI.
Menurut Agung Budi Prasetyo, masyarakat hendaknya wajib hati-hati jangan sampai terjerumus ke pinjol atau sejenisnya. “Banyak musibah ketimbang berkah dari maraknya pinjol,” ujarnya.
Namun demikian lanjut Agung Budi, masyarakat kita minim mendapatkan literasi tentang bahaya akibat pinjol ini. Padahal selain kita akan dikejar-kejar dengan diancam bahkan tak menutup kemungkinan hal privacy kita akan disebar oleh si pemberi pinjaman online.
“Ini bahaya yang belakangan marak dan mengakibatkan mereka yang tidak kuat akan ambil jalan pintas dengan mengakhiri hidup bunuh diri,” ucap Agung.
Ditambahkan dia, pinjol ini kehadirannya ditolak oleh mayoritas negara Asean tapi malah Indonesia sebagai pimpinan negara Asean justru mengijinkan.
“Namun pemerintah melalui OJK mulai mempersempit ruang gerak dan bahkan menutup pinjol ilegal. OJK mencatat kini tinggal 98 pinjol legal yang masih beroperasi, ” ucap Agung.
“Dan saya berkeyakinan jumlah 98 itu akan menyusut hingga seperti negara Asean lainnya Indonesia akan bersih dari pinjol. Sebab belakangan pinjol ini banyak dikaitkan dengan Pencucian Uang (TPPU),” jelasnya.
Sementara Ketua Asosiasi Portal Online, Nur Aliem selaku panitia sosialisasi OJK-Komisi XI DPR RI mengatakan, acara sosialisasi digelar untuk pencerahan kepada masyarakat tentang bahaya dampak mereka yang terlilit pinjol.
“Melalui sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat lebih bijak untuk tidak terjerumus atau menghindari pinjol karena sangat banyak bahayanya dibanding manfaatnya,” ujar Nur Aliem, wartawan senior. (KS)