IMBCNews, Jakarta | Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menerima kunjungan delegasi berbasis Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang dipimpin salah seorang Anggota Perlemen Malaysia dari Partai Keadilan Rakyat Dr Yaakop Sapari, pada Jumat 9 Pebruari 2024.
Delegasi dari Malaysia yang berjumlah 6 orang itu didampingi Ustadz Rayhan dan diterima oleh tiga Wakil Ketua PWM DKI yaitu Supriadi Karsim, Abdul Halim, Ramilan dan seorang Wakil Sekretaris PWM yaitu Drs. Ateng.
Dalam penerimaannya, Supardi Karsim menjelaskan bahwa Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam tertua yang telah berkiprah dalam bidang da’wah, pendidikan, kesehatan dan aksi sosial-kemasyarakatan selama 111 tahun.
Sebelum Muhammadiyah organisasi Islam yang lahir lebih dulu adalah Serikat Dagang Islam atau Serikat Islam. Kemudiam Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 1912, disusul kelahiran organisasi Al-Irsyad, Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyatul Islamiyah (Perti) dan lain-lain.
Ustadz Rayhan memperkenalkan delegasi dipimpin Dr Yaakop Sapari, lima peserta dari Malaysia masing-masing Ustadz Muhammadi Zawawi, Halimey, Zubairi Junus, M Izuom Kasim dan Mohamad Fathy.
“Kunjungan rekan-rekan dari Malaysia ini, selain menjalin silaturrahim namun juga dilakukan penjajakan kerjasama baik dalam bidang pendidikan mau pun pengembangan rumah sakit Muhammadiyah di Malaysia,” ungkap dan harap Rayhan.
Sementara Yaakop Sapari mengatakan, ketertarikan berkunjung ke Muhammadiyah selain sebagai upaya untuk menjalin kerjasama, namun juga ingin belajar karena sebagai NGO Muhammadiyah dalam pandangannya memiliki asset yang amat besar nilainya.
“Kami mengenal Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan sudah lama. Sehingga kami juga ingin belajar karena Muhammadiyah memiliki asset yang luar biasa sehingga mampu membangun kampus di banyak tempat, bahkan membeli gereja di Spanyol yang diubah menjadi masjid,” sebut Yaakop.
Selaku Wakil Ketua PWM bidang Ekonomi, Ramilan menyampaikan bahwa Muhammadiyah selama ini menjalankan konsep fastabiqul khairat. “Muhammadiyah membangun amal usaha untuk menghidup-hidupkan Muhammadiyah di setiap wilayah. Sedangkan asset Muhammadiyah di bawah pengendalian Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” tegasnya.
Sedangkan Abdul Halim selaku Wakil Ketua PWM Bidang Lingkungan Hidup dan Kebencanaan mengungkap, fastabiqul khairat yang dilakukan di internal Muhammadiyah seperti bila ada bencana. “Kami menggalang dana dari masyarakat atau warga Muhammadiyah untuk memberikan sumbangan bagi mereka yang terdampak bencana,” sebut Halim.
Wakil Sekretaris PWM Ateng mengamukakan, bahwa pergerakan Muhammadiyah dimulai dari bawah. “Misal sekitar 15 orang di suatu perkampungan membentuk Ranting Muhammadiyah. Syarat membentuk ranting setidaknya 7 orang yang duduk sebagai pimpinan ranting,” katanya.
Syarat lain mendirikan Ranting Muhammadiyah paling tidak di lingkungan ranting ada sebuah mushalla yang diperuntukkan mengaji, mengajar anak-anak baca Alqur-an, juga untuk pembinaan bidang da’wah Islam dan aksi sosial-keagamaan lainnya.
“Jadi, kekuatan Muhammadiyah bukan dari atas ke bawah namun dibangun dari kekuatan di bawah yaitu tingkat ranting. Dari tiga ranting misalnya, jika ingin ditingkatkan bisa membentuk Pimpinan Cabang Muhammadiyah,” sebut Ateng. (Asy-0902: lpt/pwmdki)