IMBCNews, Jakarta – Belasan ribu bahkan ada yang menyebutkan sampai 100.000-an anggota tentara Korea Utara bahu-membahu dengan tentara Rusia, memerangi pasukan Ukraina, bahkan 3.000-an di antaranya tewas di berbagai medan tempur.
Sejauh ini pihak Rusia dan Korut tidak mengonfirmasi kehadiran tetara asing tersebut di palagan Ukraina, namun intelijen Amerika Serikat dan Ukraina mengaku hal itu tak terbantahkan lagi.
Jubir Dinas Intelijen Ukraina (GUR) Yevhen Yerin (23/12) mengungkapkan, paling tidak, ada sekitar 12.000 anggota tentara Korut termasuk sekitar 500 perwira dan tiga jenderal yang terlibat perang di Kursk, wilayah Rusia di tapal batas dengan Ukraina yang sebagian diduduki pasukan Ukraina sejak Agustus 2024.
Namun menurut, Yerin, keterlibatan pasukan Korut di sejumlah pertempuran tidak berdampak signifikan untuk bisa mengubah situasi. Jumlah personelnya juga tak terlalu signifikan,” kata Yerin kepada wartawan AFP.
Lebih dari itu Yerin menilai, pasukan Korut hanya minim pengalaman tempur modern, khususnya dengan drone, dan masih menerapkan taktik primitif seperti di era Perang Dunia II.
Namun, kontingen Korut tersebut, lajut Yerin, juga terus belajar sehingga pasukan Ukraina tidak boleh meremehkan musuh karena mereka juga sudah mulai beradaptasi dengan medan.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebelumnya mengatakan, sekitar 3.000 tentara Korut terbunuh atau terluka dalam perang Ukraina di pihak Rusia, sedangkan tetangga Korut yang juga seterunya, Korsel mencatat, tentara Korut tewas atau terluka di Ukraina sekitar 1.100 orang.
Sebelumnya saat kehadiran tentara Korut di Ukraina kali pertama muncul di media Oktober lalu, belum jelas apa peran mereka dalam perang yang berkecamuk sejak invasi Rusia 24 Feb. 2022 itu.
Saat itu pihak Ukraina memrediksi, tentara Korut hanya ditugaskan untuk peran non-tempur, mengingat kurangnya pengalaman mereka di medan perang.
Namun, setelah AS dan Ukraina mengungkap fakta bahwa pasukan Korut terlibat langsung dalam pertempuran melawan tentara Ukraina, peran mereka dalam perang itu kemudian jadi sorotan.
Ada 11.000 tentara
Berdasarkan konfirmasi pihak AS, jumlah pasukan Korut yang dikerahkan—semula diperkirakan sebanyak 11.000 orang oleh Pentagon—diperdebatkan.
Bahkan menurut Bloomberg, Pyongyang diyakiani telah mengerahkan sebanyak 100.000 tentara, namun informasi akurat sulit diperoleh karena Moskwa dan Pyongyang belum menanggapi secara langsung laporan ini.
Menurut peneliti CSIS Mark Cancian, sulit untuk mengetahui secara rinci tentang kehadiran pasukan Korut termasuk terkait efektivitasnya walau Korut yang seba tertutup memiliki jumlah pasukan terbesar di dunia (sekitar 1,28 juta tentara aktif).
Tidak seperti militer Rusia, kata Cancian, Tentara Rakyat Korea (KPA) tidak memiliki pengalaman terkini dalam operasi tempur walau mereka sangat terindoktrinasi, kesiapan tempurnya rendah.
Meskipun demikian, menurutnya, mereka tidak dapat dianggap remeh. GUR dan Korsel mengatakan bahwa banyak pasukan Korut yang dikerahkan ke Rusia adalah satuan terbaik Pyongyang yakni Korps ke-11, yang juga dikenal sebagai Korps Badai—unit yang dilatih untuk melakukan infiltrasi, sabotase infrastruktur, dan pembunuhan.
Tentara-tentara ini “dilatih untuk menahan rasa sakit fisik dan penyiksaan psikologis yang berat”, kata Michael Madden, pakar Korea Utara dari Stimson Center di Washington.
“Apa yang kurang dari mereka dalam pertempuran, mereka tutupi dengan apa yang dapat mereka toleransi secara fisik dan mental,” imbuhnya.
Cancian setuju bahwa “jika ini adalah pasukan operasi khusus, mereka (Korps Badai) akan jauh lebih siap daripada unit Korea Utara pada umumnya”.
“Lebih jauh lagi, Rusia tampaknya memberi mereka pelatihan tambahan, kemungkinan pada situasi khusus perang di Ukraina,” tambahnya.
Hal ini tampaknya didukung oleh munculnya video di media sosial yang menunjukkan beberapa pria yang diyakini warga Korea Utara mengenakan seragam pasukan Rusia, di tempat yang tampaknya merupakan fasilitas pelatihan militer di Rusia.
Dan saat perang di Ukraina memasuki tahun ketiga, pasukan Korut mungkin termasuk di antara “yang paling mampu” di antara pasukan yang tersedia bagi Rusia, kata Chun In-bum, pensiunan letnan jenderal tentara Korsel.
Kekurangan tentara
Pihak Barat dan NATO memperkirakan, Moskwa telah merekrut sedikitnya 20.000 tentara baru setiap bulan untuk membantu memperkuat pasukannya, mengantikan lebih dari rata rata 1.000-an tentara Rusia tewas atau terluka setiap hari.
“(Rusia) telah mengirim pasukan ke garis depan tanpa pelatihan yang memadai. Dibandingkan dengan (pasukan) rekrutan tersebut, pasukan Korea Utara terlatih dan termotivasi. Mereka saat ini belum teruji dalam pertempuran, tetapi itu bukan inti masalahnya,” kata Letnan Jenderal (purn) Chun.
Meskipun demikian, beberapa pakar meyakini kendala bahasa yang nyata dan ketidaktahuan terhadap sistem militer Rusia akan mempersulit peran tempur apa pun.
Mereka menyarankan bahwa pasukan Pyongyang akan dimanfaatkan berdasarkan kemampuan teknik dan konstruksi mereka.
Para pengamat mengatakan, Moskwa membutuhkan sumber daya manusia, sedangkan Pyongyang membutuhkan uang dan teknologi. “Bagi Korea Utara, (penempatan pasukan seperti itu) merupakan cara yang baik untuk mendapatkan uang,” kata Andrei Lankov, direktur Korea Risk Group.
Intelijen Korea Selatan memperkirakan bayaran yang diterima sebesar 2.000 dollar AS (sekitar Rp 31,6 juta) per prajurit per bulan, dengan sebagian besar uang ini diperkirakan akan masuk ke kas negara.
Pyongyang juga dapat memperoleh akses ke teknologi militer Rusia, yang jika tidak dalam kondisi seperti saat ini, Moskwa enggan mentransfernya, tutur Lankov.
Tentu saja kehadiran kontingen pasukan Korut di Ukraina memperuwet persoalan, misalnya bagaimana jika negara-negara yang mendukung Ukraina juga mengirimkan pasukannya untuk bertempur di sana?. (imbcnews/Theo-diolah