IMBCNews, Tegalwaru-Karawang | Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian dan Ketahanan Pangan Tegalwaru adakan ujicoba pertanian terpadu berbasis Pertanian Mandiri, menuju Intansari (Integrasi Pertanian Desa Mandiri). Ujicoba ini menggunakan lahan di lingkungan Kantor UPTD, Desa Cintalaksana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang-Jawa Barat.
Lahan sekitar 1000 meter persegi, diperkenalkan pihak UPTD sebagai sawah ramah lingkungan. Di lahan inilah petugas dinas menanami padi dengan menggunakan bibit sendiri, pupuk buatan sendiri bahkan obat-obatan diracik dan diolah sendiri.
“Pokoknya serba sendiri dan kita ujicoba sendiri di lahan lingkungan kantor sendiri,” ungkap Kepala UPTD Pertanian Tegalwaru Asep Saepudin di hadapan awak media, Selasa (11/6/2024).
Menurut Asep kegiatan ujicoba dilatarbelakangi sebuah gagasan yang menawarkan solusi dalam menghadapi tantangan dan keluhan bidang pertanian. “Mungkin kita sering dengar petani mengalami problem kelangkaan bibit bantuan pemerintah. Kemudian mengenai pengurangan subsidi pupuk, juga tingginya harga obat-obatan tanaman pertanian,” kata Asep.
Belum lagi, lanjut dia, masalah biaya pengolahan lahan dan perawatan tanaman yang semakin mahal. “Ini masih ditambah dengan keluhan yang berkaitan dengan harga jual tingkat petani yang ada kalanya kurang memuaskan,” sebutnya.
Dengan dilatarbelakangi problematika tersebut, sebut Asep, pihaknya ikhtiar untuk menjawab tantangan. Alasannya, jelas Asep, biasanya petani itu akan mencontoh sesuatu yang sudah berhasil.
“Kita memaklumi juga, kalau petani cenderung enggan bereksperimen atau coba-coba. Maka UPTD Tegalwaru ikhtiar melalui ujicoba mengolah lahan dan tanam padi di sawah yang ada di lingkungan kantor sendiri,” jelas dia seraya melanjutkan kesiibukan memberikan arahan kepada staf Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Di selah-selah waktu sibuknya, Asep juga menyampaikan pelaksanaan ujicoba berkonsep Intansari, pelaksanaannya dilakukan bersama staf PPL dan saling bahu membahu mengolah sawah percontohan.
“Untuk saat ini belum kita libatkan orang lain untuk membantu proses ujicoba ini. Jadi bisa dibilang, kalau kata orang Sunda: mulai dari pemilihan bibit sorangan, pupuk buatan sorangan dan obat-obatan buatan sorangan. Proses pembuatan semuanya di kantor ini,” tutur Asep sambil bercanda kepada awak media teriring senyum tipis-tipis.
Lebih lanjut Asep menunjukan sawah percontohan yang dibuat seperti parit, berukuran 1 x 3 meter persegi yang menggunakan plastik sedalam 50 centimeter. “Media tanam buatan sorangan oge, berupa sekam, jerami, kompos dan kohe alias kotoran hewan,” ceplos dia, lalu meringis.
Untuk bahan-bahannya, ungkap Asep, semuanya ambil dari potensi lokal atau yang tersedia di lingkungan seperti limbah rumah tangga. “Ada yang berbentuk cair seperti air bekas nyuci beras. Ini kita kumpulkan, kemudian kita olah ditambah bahan-bahan lain menjadi penyubur tanah, pupuk padi, pupuk horti, zat perangsang tumbuhan, insektisida, herbisida, KCL dan lain-lain. Sedangkan yang padat kita jadikan kompos,” paparnya.
Ada pun dalam merawat tanaman, kata Asep, melalui pemantauan yang intensif. “Kami juga mencatat setiap perkembangan padi yang kami tanam. Harapan kami proyek ini dapat berhasil hingga kami dapat menularkan kepada semua petani khususnya di wilayah kerja kami,” ujar dia.
Asep menambahkan, apabila ke depan ada problematika soal kelangkaan bibit dan pupuk, serangan hama, ongkos mahal dan lainnya, maka petani diharapkan beradaptasi dengan kondisi apa pun.
“Kami mengajak petani untuk memanfaatkan setiap jengkal tanah miliknya untuk ditanami apa saja. Sekiranya suatu tanaman dapat diambil manfaatnya, sekurang-kurangnya untuk keperluan rumah tangga seperti sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, cabai, tomat, dan yang lainnya ditanam saja. Kami juga menanam kangkung akar loh, walau pun hanya kami tanam di sela-sela kantor. Namun ini bermanfaat,” sebut Asep.
Ia juga berharap, petani di Kecamatan Tegalwaru khususnya agar menjadi petani mandiri. Yaitu mandiri mengadakan bibit, mandiri pupuk dan obat-obatan juga mandiri harga.
“Melalui serba mandiri itulah Intansari dapat terwujud. Apalagi kan di pemerintahan desa sekarang sudah digelontorkan dana untuk program ketahanan pangan melalui Dana Desa. Kami optimis, pertaian model Intansari sangat mungkin dapat direalisasikan mulai dari desa,” pungkas dan harap Asep. (adr/asy1106: lpt/lpg)