IMBCNews, Jakarta | Pada akhir-akhir ini, dunia cenderung berada dalam kondisi yang tidak normal. Keadaan ini dapat diindikasi dari meningkatnya hegemoni seperti Belt and Road Initiative, Indo Pacifik Economic Framework, dan lain sebagainya.
“Semua itu punya kecendenderungan memicu pertarungan kompetisi hegemoni yang terlihat semakin keras,” sebut Laksamana Muda (Laksda) TNI Adi Sucipto, SE., MM., MTr Opsla saat bincang-bincang dengan IMBCNews di kantornya, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI), Jakarta, Senin (24/7/2023).
Selaku Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan di Lemhanas, Edi Sucipto mengemukakan bahwa pada kompetisi hegemoni itu tentunya Indonesia tidak boleh diam. Pasalnya, kompetisi hegemoni itu memiliki kecendrungan yang kuat pada dinamika risiko secara global.
“Jadi, kalau kita mengutip berbagai paparan dari Pimpinan Lemhanas, Indonesia saat ini memang perlu sekali melakukan lompatan. Itu artinya, semua lini kekuatan mulai dari sumber daya manusia hingga teknologi komunikasi dan ketahanannya, mesti disiapkan dengan matang. Bahkan, mesti dipacu agar naik level secara bersamaan,” sebut Edi Sucipto.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa Lemhanas melihat, secara geopolitik dunia saat ini berada di geo v. “Ini artinya tentang konektivitas. Pada era ini, kekuatan yang dipertaruhkan meliputi internet dan cyber,” jelas dia.
Dengan keadaan demikian, tambah Edi Sucipto, resiko yang dihadapi cenderung menjangkau perekonomian juga. “Dalam catatan Lemhanas, proyeksi resiko ekonomi tahun 2023 ini menjangkau negara-negara yang masuk ke dalam kriris utang. Selain itu, Lemhanas juga memproyeksikan pertarungan hegemoni yang akan terjadi pada revalitas ekonomi dan teknologi,” ungkap Edi.
Melihat tantangan tersebut, lanjut Edi bahwa kunci Indonesia berada pada bonus demografi yang akan menjadi pemimpin masa depan.
“Untuk meningkatkan demografi, tentu saja Indonesia tidak boleh berpangku tangan. Indonesia harus terus berjibaku meningkatkan kualitas pembanguna manusianya,” paparnya.
Dalam meningkatkan pembangunan manusia Indonesia, jelas Edi, ada beberapa variabel yang mesti ditingkatkan terutamanya variabel bidang pendidikan dan kesehatan.
“Untuk membuat bonus demografi betul-betul terwujud, tentunya dengan indeks pembangunan manusia (IPM) yang sangat baik,” sebut dan harapnya. (Tys: DeputiBPNK)