IMBCNews – Jakarta – Pasukan pemerintah Sudan berhasil merebut kembali istana presiden di ibu kota Khartoum dari Pasukan Dukungan Cepat (RSF) atau paramiliter, Jumat (21/3).
“Pasukan kami berhasil menghancurkan para penberontak, persenjataan dan menyita banyak peralatan musuh,” kata Jubir Militer Nabil Abdallah dalam pernyataan yang disiarkan di TV pemerintah seperti dikutip AFP pada hari yang sama.
Abdallah berjanji, militer Sudan akan terus maju di semua lini hingga kemenangan diraih hingga negara tersebut bersih dari anggota RSF serta pendukungnya.
Dari tayangan video di media sosial, tampak tentara Sudan berada di dalam istana presiden dan saling memberi ucapan selamat, namun AFP tidak dapat segera memverifikasi rekaman tersebut.
Pasukan paramiliter RSF menduduki istana pada April 2023, ketika perang pecah antara RSF dan militer. Pada saat itu, RSF dengan cepat mengambil alih jalan-jalan di Khartoum, sementara pemerintah yang berkoalisi dengan militer melarikan diri ke Port Sudan di pantai Laut Merah.
Di pusat kota Khartoum, tempat istana presiden berdiri berdampingan dengan sejumlah kementerian dan distrik bisnis ibu kota, telah menjadi lokasi pertempuran sengit dalam beberapa bulan terakhir, setelah pasukan militer menyerbunya.
Sejak awal minggu ini (17/3) , militer Sudan mengatakan pasukannya telah bergabung dari utara dan selatan untuk mengepung RSF.
Dalam waktu hampir dua tahun, perang itu telah menewaskan puluhan ribu orang, menciptakan jutaan pengungsi atau yang terbesar di dunia dan juga menimbulkan krisis kelaparan yang dialami puluhan juta penduduk Sudan yang tergolong miskin di kawasan Afrika.
Sudan di timur laut Afrika adalah negara terluas ke-6 di benua hitam itu dengan populasi penduduk sekitar 48 juta orang, berbatasan a.l dengan Chad, Ethiopia, Eritrea, Libya, Mesir, dan Laut Merah serta dilalui sungai Nil yang terpanjang di dunia.
Kematian dan kesengsaraan jutaan rakyat yak berdosa sering disebabkan oleh sikap serakah dan harus kekuasaan dari segelintir elite dan politisi. (imbcnews/Theo/sumber diolah: AFP/ns)