IMBCNEWS Jakarta, | – PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik Rp 4,9 triliun per September 2023. Angka ini naik 27,6% secara tahunan (yoy).
Bila dirinci pertumbuhan laba tersebut lebih kencang dibandingkan laju pendapatan bunga bersih perusahaan, demikian dilansir CNBC di Jakarta Jumat. Hal ini seiring dengan membengkaknya beban bunga BNGA pada periode tersebut.
Mengutip laporan publikasi, pendapatan bunga BNGA sebesar Rp 16,7 triliun, naik 19,2% yoy, sedangkan beban bunga melesat 61,2% yoy menjadi Rp 6,5 triliun. Dengan demikian pendapatan bunga bersih perusahaan hanya naik 2,1% yoy menjadi Rp 10,2 triliun.
Di tengah tekanan beban bunga tersebut, salah satu penyokong laba CIMB Niaga adalah pendapatan berbasis komisi atau fee based income. Per September 2023 bank mengantongi Rp 2,5 triliun, naik 39,2% yoy.
Selain itu beban pemulihan aset keuangan turun 36,5% yoy menjadi Rp 1,7 triliun juga turut menopang kinerja bottome line perusahaan.
Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan bahwa capaian laba tersebut merupakan cerminan sikap kehati-hatian perusahan dalam menjaga kualitas aset. “Fokus utama kami masih sama dengan strategi yang dijalankan sebelumnya, yaitu memperluas basis nasabah dan memperkuat portofolio CASA, memastikan perbaikan kualitas aset yang berkelanjutan, dan mendorong digital engagement yang lebih baik untuk masa depan,” ujar Lani, mengutip keterangan resmi, Jumat (27/10/2023).
Per September 2023, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross CIMB Niaga sebesar 2,4%, turun dari periode yang sama tahun lalu, yakni 3,6%. Angka tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yakni 2,5%.
Sementara itu total dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 235,3 triliun dengan rasio dana murah atau current account and savings account (CASA) sebesar 66,7%. Hal ini seiring dengan pertumbuhan CASA sebesar 4,5% yoy.
Dari sisi fungsi intermediasi, bank menyalurkan kredit senilai Rp 205,6 triliun, naik 5,2% yoy. Segmen UKM tumbuh paling kencang, yakni 8,1% yoy. Kemudian diikuti korporasi (6,0% yoy) dan konsumer (5,9% yoy).
Pertumbuhan kredit tersebut mendorong aset BNGA secara konsolidasi menjadi Rp329,1 triliun, naik 7,2% yoy. Sejalan dengan kinerja induk, unit usaha syariah (UUS) mencatat pembiayaan sebesar Rp 53 triliun, naik 15,3% yoy. Pada periode yang sama DPK naik 23,4% yoy menjadi Rp 42,7 triliun.
imbcnews/diolah/