IMBCNEWS Gorontalo | Aksi demonstrasi oleh massa penambang emas yang kecewa dengan perusahaan dan pihak berwenang di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo berakhir rusuh. Kantor Bupati Pohuwatu, di Provinsi Gorontalo, menjadi sasaran kemarahan ribuan penambang emas yang kecewa dengan perusahaan pertambangan emas tempat mereka bekerja dan aparat berwenang.
Pemerintah setempat, seperrti dilansir VOA Indonesia, Jumat mengatakan aksi demonstrasi itu dilakukan oleh sekelompok orang yang menamakan diri mereka Aliansi Majelis Permusyawaratan Rakyat Pohuwato (MPRP) dan Aliansi Forum Persatuan Penambang Ahli Waris Pohuwato. Aliansi itu semula menggelar unjuk rasa di kantor perusahaan tambang PT. Puncak Emas Tani Sejahtera (PT PETS), menuntut perusahaan itu menghentikan aktivitas mereka karena telah merusak lingkungan dan merugikan masyarakat. Belum jelas apa yang menyebabkan aksi yang semula berlangsung damai itu bergulir menjadi aksi kekerasan ketika massa melempari dan kemudian membakar kantor PT PETS.
Massa kemudian mendatangani kantor DPRD Pohuwatu, berharap dapat menemui anggota dewan dan menyampaikan kekecewaan mereka. Harapan mereka sirna karena pimpinan DPRD tidak berada di tempat. Massa pun bergerak ke kantor bupati Pohuwato, berharap bertemu sang bupati, yang lagi-lagi tidak berada di kantor. Tak lagi dapat menahan kesabaran, massa merusak dan membakar kantor bupati
Penjabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya menyesalkan terjadinya aksi demonstrasi yang berakhir rusuh, sehingga menyebabkan terbakarnya kantor bupati Pohuwato di kecamatan Marisa.
“Saya tegaskan tadi itu buka demo, tapi kerusuhan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Saya minta sekali lagi masyarakat Pohuwato untuk menjaga kotanya, apalagi fasilitas pemerintah yang dibakar itu adalah pusat pelayanan bagi masyarakat di Pohuwato,” kata Ismail Pakaya dalam keterangan persnya di Pohuwato, Kamis (21/9) malam.
Demonstrasi Berakhir Rusuh, Kantor Bupati Pohuwatu Dibakar Massa
Menurut Ismail, pemerintah Kabupaten Pohuwato akan mencari gedung alternatif untuk memastikan tetap berlangsungnya operasi kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat di daerah itu. “Kalau kita membakar milik pemerintah, berarti kita merugikan kita sendiri sebagai masyarakat, harusnya tidak terjadi pembakaran dan perusakan,” kata Ismail.
Kepala Kepolisian Daerah Gorontalo, Irjen Polisi Angesta Romano Yoyol mengatakan telah mengamankan sejumlah orang untuk dimintai keterangan pascademonstrasi yang berakhir rusuh tersebut. Pihaknya juga telah menambah jumlah personil polisi di enam lokasi yang sebelumnya mengalami aksi perusakan dan pembakaran oleh massa.
“Diamankan itu jumlah belum bisa kita sampaikan karena ada yang sebatas saksi, ada yang memprovokasi, ada yang melakukan. Dan penambahan itu pasti ada, seperti yang rekan-rekan lihat ada yang membawa bensin,” kata Irjen Angesta.
Menjawab pertanyaan wartawan, Angesta mengakui saat terjadinya peristiwa pembakaran itu jumlah aparat keamanan di lapangan tidak sebanding dengan jumlah massa yang mencapai ribuan orang.
“Kita lihat jumlah massa dengan jumlah polisi di sana jauh, karena kita mengamankan di sini ada 12 titik yang kita jaga, dengan jumlah polisi hanya 30 orang dengan massa sekian ribu tidak akan berimbang,” jelas Irjen Angesta.
Sedikitnya 10 polisi luka-luka, termasuk dua polisi yang mengalami patah tulang, dalam serangkaian kerusuhan di kota itu hari Kamis.
imbcnews/voa ind/diolah/