IMBCNews – Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan memegang peran krusial dalam membentuk manusia yang beriman, bertakwa, sehat, cerdas, mandiri, serta bertanggung jawab.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama pembangunan nasional.
Namun, kualitas pendidikan yang baik tidak hanya ditentukan oleh kurikulum dan metode pembelajaran, tetapi juga oleh pemenuhan gizi yang optimal. Asupan gizi yang cukup dan seimbang merupakan faktor utama dalam membentuk generasi yang sehat dan cerdas. Oleh karena itu, pemenuhan gizi yang baik perlu didukung melalui pendidikan gizi, perbaikan konsumsi pangan, serta penguatan pendidikan karakter.
Setiap tanggal 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi dan Pangan Nasional (HGN) sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi seimbang dalam mendukung kualitas hidup yang lebih baik.
Tahun ini, HGN semakin relevan di tengah tantangan global, seperti meningkatnya prevalensi obesitas, malnutrisi akibat ketidakseimbangan asupan gizi, serta berbagai penyakit terkait pola makan dan gaya hidup.
Peringatan HGN 2025 mengusung tema “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat”, yang menjadi pengingat bahwa pola makan yang sehat merupakan kunci dalam menciptakan generasi yang kuat dan produktif. Kampanye ini juga menekankan pentingnya edukasi gizi sejak dini, agar setiap individu memahami bagaimana memilih makanan yang baik untuk tubuhnya.
Sekedar informasi, Hari Gizi Nasional pertama kali diinisiasi oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada pertengahan 1960-an. Inisiatif ini kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak tahun 1970-an hingga sekarang.
Keputusan untuk menetapkan 25 Januari sebagai Hari Gizi Nasional lahir dalam Kongres Gizi Nasional pertama yang digelar di Bandung, Jawa Barat.
Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, salah satunya melalui kampanye “Isi Piringku”, yang menggantikan konsep lama “Empat Sehat Lima Sempurna”. Konsep ini bertujuan untuk memberikan pedoman konsumsi makanan dengan komposisi gizi yang lebih seimbang, menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh.
Tantangan Gizi di Indonesia
Meski kampanye gizi terus digaungkan, Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam hal pemenuhan gizi masyarakat. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting pada balita masih berada pada angka 21,6% di tahun 2022 dan hanya turun sedikit menjadi 21,5% pada tahun 2023.
Selain itu, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa kurang dari 10% penduduk Indonesia mengonsumsi sayur dan buah dalam jumlah yang cukup. Rendahnya konsumsi serat ini diperburuk dengan minimnya aktivitas fisik dan kebiasaan masyarakat yang jarang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), pemerintah telah mencanangkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai langkah strategis untuk menanggulangi masalah gizi dan mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045.
Program ini selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya Asta Cita ke-4, yang menitikberatkan pada pembangunan SDM melalui pendidikan, kesehatan, dan penguatan peran kelompok rentan.
Komitmen ini semakin diperkuat dengan diterbitkannya Perpres No. 83 Tahun 2024 tentang Badan Gizi Nasional, yang menetapkan Dr. Dadan Hindayana sebagai Kepala Badan Gizi Nasional.
Dengan anggaran Rp71 triliun dan target sasaran 80 juta anak, implementasi program ini diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan sehat dan bergizi.
Namun, pelaksanaan program ini bukan tanpa tantangan. Sebagai negara kepulauan dengan 514 kabupaten/kota, distribusi makanan bergizi ke berbagai wilayah, terutama daerah terpencil, akan menjadi ujian besar. Logistik, infrastruktur, dan koordinasi dengan pemerintah daerah menjadi faktor krusial dalam keberhasilan program ini.
Investasi Masa Depan melalui Gizi Seimbang
Investasi dalam gizi bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga investasi dalam masa depan bangsa. Pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang akan membentuk generasi yang lebih sehat, cerdas, dan produktif, sehingga mampu menjadi garda terdepan dalam pembangunan nasional.
Jika saat ini anak-anak kita masih duduk di bangku sekolah, maka dalam 25 tahun mendatang, mereka akan menjadi pemimpin, inovator, dan penggerak utama kemajuan bangsa.
Oleh karena itu, memastikan mereka mendapatkan asupan gizi yang baik sejak dini adalah langkah strategis dalam mewujudkan Indonesia yang lebih maju, mandiri, dan berdaya saing di kancah global.
Editor: Gayatri