IMBC News | Peradaban umat manusia lekat dengan perubahan dari waktu ke waktu. Transformasi peradaban itu dimulai dengan istilah peradaban 1.0, yakni kehidupan manusia nomaden yang bertumpu pada berburu dan meramu. Kemudian peradaban terus berkembang 2.0 menngkat sedikit lebih tinggi dengan menetap dan berladang dan beternak. Naik lagi ke 3.0, yakni masuk peradaban industrialisasi.
Terus berkembang ke generasi peradaban 4.0, ditandai dengan masyarakat yang sangat intens menggunakan teknologi, semua transaksi berbasis elektronik. Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, internet of things (IoT), cloud, broadband, wifi menjadi bahasa sehari-hari. Dan, sekarang di berbagai belahan dunia mulai masuk ke peradaban 5.0.
“Kehidupan ditandai dengan pelayanan dalam genggaman. Di era ini transformasi digital terjadi sangat masif, semua kegiatan dan kebutuhan umat manusia sudah ada di handphone di genggaman masing-masing,” papar Guru Besar Universitas Borobudur Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH, dalam orasi ilmiah bertema “Transformasi Digital, Branding, Marketing dan Penyiapan Kebijakan yang Berdampak” di hadapan para wisudawan Universitas dan Akademi Borobodur di JCC, Jakarta, Kamis (22/12/2022).
Menurut pakar hukum administrasi dan sosiologi hukum ini, berbagai klaster peradaban itu menggambarkan apa dan bagaimana umat manusia harus terus bersiap diri menyongsong perubahan.
Zudan menyampaikan, transformasi yang sangat cepat terjadi di industri keuangan dan telekomunikasi. Dirinya mengambil satu contoh saja: Cara mengirim uang. Dulu orang tua mengirim uang kuliah anaknya lewat wesel pos. Kemudian beralih kirim duit lewat transfer di counter bank. “Generasi yang lebih muda lagi kiriman uang ditransfer melalui ATM. Sekarang kirim uang bisa lewat hape dengan mBanking, atau platform payment gateway lainnya. Lahirlah yang namanya digital trust,” kata Zudan yang juga menjabat sebagai Dirjen Dukcapil Kemendagri.
Itu sebabnya di level birokrasi, Ditjen Dukcapil Kemendagri tak mau ketinggalan melakukan transformasi digital, agar pelayanan administrasi kependudukan bisa lebih cepat, lebih baik, efektif dan dirasakan manfaatnya sehingga masyarakat pun berbahagia.
“Mulai tahun ini, Indonesia menerapkan identitas kependudukan digital. Dokumen seperti KTP-el, KK, akta kelahiran dipindahkan dalam hape sehingga tidak perlu dicetak lagi,” Zudan menjelaskan.
Pelayanan adminduk bisa diakses secara online, dokumen kependudukan bisa dicetak sendiri, karena masyarakat menerima file dokumen kependudukannya dalam format PDF dari Dinas Dukcapil terdekat.
Semua transformasi yang mengubah peradaban, lanjut Zudan yang tercatat sebagai Guru Besar Termuda dalam Ilmu Hukum, kuncinya adalah dengan membuat kebijakan publik yang berdampak baik ke masyarakat. “Tidak boleh pemerintah hanya membuat kebijakan, tetapi dampaknya tidak dirasakan oleh masyarakat. Program yang dibuat pemerintah tidak hanya harus terkirim (send) tetapi juga harus tersampaikan (deliver) ke masyarakat,” tambah Zudan ini.
Ketua Umum Korpri Nasional ini menyebutkan, Mendagri Tito Karnavian dan Menteri PAN-RB Abdullah Azwar Anas selaku Pembina Korpri selalu mendorong agar ASN di setiap level birokrasi memberikan kebijakan berdampak bagus bagi masyarakat.
“Tidak boleh birokrasi kelihatan bekerja sangat keras, tetapi hasilnya tidak bisa dinikmati oleh masyarakat,” kata Prof. Zudan Arif Fakrulloh.
Dia mengimbuhkan, transformasi digital yang gencar dilakukan pemerintah di era digital goverment harus dibungkus dengan marketing dan branding dengan pola-pola pendekatan yang tepat.
Untuk itu Zudan menitipkan pesan kepada seluruh alumni Universitas Borobodur (UnBor). Ia meminta setiap alumni agar senantiasa menjadi tenaga marketing bagi UnBor beserta berbagai akademinya yang sudah dikenal masyarakat dngan branding sebagai universitas yang menyajikan pendidikan berkualitas tinggi serta menciptakan lulusan yang mempunyai kompetensi akademik dan profesional tinggi.
“Nanti setelah keluar gedung ini buatlah video singkat: ‘Alhamdulillah saya lulus program studi bla bla, saya bangga menjadi lulusan UnBor. Kemudian aplod di Twitter, Facebook, Instagram, Tiktok, dan seterusnya,” begitu Prof. Zudan berpesan menuntaskan orasi ilmiahnya. ***