IMBCNEWS Jakarta | Segerombolan yang mengaku dirinya mahasiswa mengusir warga Rohingya dengan cara kekerasan dari bumi Aceh terasa memalukan karena mereka itu hidup tidak punya harapan yang disebabkan karena keserakahan manusia atau para pemimpinya.
Kalau ada warga China yang berbondong-bondong datang ke Indonesia mencari pekerjaan, sebagian masyarakat welcome, tetapi kalau ada warga se-iman, seagama, justru diperlakukan tidak manusiawi, diintimidasi, dan diusir secara paksa oleh mereka yang mengaku dirinya sebagai mahasiswa, kata Ustaz Sauiful, di Jakarta Minggu.
Ia dimintai tanggapannya terkait pengusiran warga Rohingnya yang sudah lama menetap di Aceh dan secara berkelanjutan jumlahnya terus bertambah sementara lembaga PBB UNHCR yang mengurusi masalah itu tidak berbuat optimal.
Pemerintah qq Menko Polhukam seyogianya berteindak lebih cepat agar mereka punya harapan hidup dan ada kepastian. Apakah akan dtempatkan di pulau lain dan diberi ijin tinggal permanen atau tinggal sementara waktu perlu ada jalan keluar sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi.
“Orang Eropa, Jerman saja terbuka dengan para emigran, masa Indonesia yang punya laut dan daratan ribuan kilo meter tidak adapat memberi bantuan mereka yang mengalami kesulitan,” kata Saiful.
Sebelumnya BBC news memberitakan, Insiden pemindahan paksa oleh ratusan mahasiswa terhadap pengungsi Rohingya di Banda Aceh menyisakan trauma dan ketakutan bagi korban.
“Karena bersaudara seiman, saya tidak menyangka mereka memperlakukan kami dengan tidak manusiawi seperti itu,” kata seorang pengungsi Rohingya.
Sementara, kelompok masyarakat sipil menyesalkan aksi pengusiran yang disertai kekerasan dan intimidasi.
Badan PBB yang menangani pengungsi, UNHCR, menyerukan agar pihak berwenang menjamin keselamatan para pengungsi yang kini totalnya berjumlah 1.608 orang di Aceh.
Secara terpisah, Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan, pemerintah pusat akan mengambil langkah pemindahan sementara para pengungsi Rohingya di Aceh.
Para pengungsi Rohingya di rubanah Gedung Balee Meuseraya Aceh sedang beristirahat, setelah kemarin mereka sempat dipindahkan paksa ke kantor Kemenkumham Aceh oleh kelompok mahasiswa.
Sehari setelah pengepungan dan pemindahan paksa yang dilakukan gerombolan mahasiswa, sekitar 137 pengungsi Rohingya akhirnya kembali lagi ke penampungan di rubanah Gedung Balee Meuseraya Aceh (BMA), Kota Banda Aceh.
Mereka sebelumnya dipaksa dan digiring agar pindah dengan dua truk ke kantor Kementerian Hukum dan HAM Aceh dari Gedung BMA.
Pengungsi sebagian besar perempuan dan anak-anak, pipinya masih terlihat basah karena air mata.
“Mereka masih merasa ketakutan dan menghindar,” kata wartawan di Aceh, Hidayatullah yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis kemarin.
imbcnews/diolah