KASUS-kasus penyakit tuberculosis (TBC) disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bisa menyerang paru-paru, tulang sendi, getah bening, otak dan kulit tertinggi kedua di dunia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr Ina Agustina Isturini melaporkan di Jakarta (24/3), kasus TBC masih menjadi masalah global, mengingat pada 2023 saja, diperkirakan 10,8 juta orang terpapar, dengan sejuta kasus kematian.
DI indonesia sendiri, pada tahun yang sama, ada sekitar 1,06 juta orang yang terpapar dan 134.000 meninggal, di bawah India , sementara tiga negara lain yang masuk lima besar yakni China, Filipina dan Pakistan.
“Indonesia di ranking dua, dengan jumlah kasus lebih dari satu juta dan angka kematian diperkirakan sekitar 134 ribu. Kalau dihitung-hitung setiap jamnya ada 14 orang meninggal karena TB,” kata dr Ina dalam temu media daring Hari TB Sedunia, Senin (24/3).
Berikut adalah negara-negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia.
1. India – 2.800.000 kasus dengan 315.000 kematian
2. Indonesia – 1.060.000 kasus dengan 134.000 kematian
3. China – 741.000 kasus dengan 25.000 kematian
4. Filipina – 739.000 kasus dengan 37.000 kematian
5. Pakistan – 686.000 kasus dengan 47.000 kematian
6. Nigeria – 499.000 kasus dengan 64.000 kematian
7. Bangladesh – 379.000 kasus dengan 44.000 kematian
8. Kongo – 334.000 kasus dengan 38.000 kematian
9. Myanmar – 302.000 kasus dengan 44.000 kematian
10. Afrika Selatan – 270.000 kasus dengan 25.000 kematian
Di Indonesia, meurut dr Ina, ada sekitar tujuh provinsi yang angka TB-nya sangat tinggi yakni di Pulau Jawa kecuali DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) kemudian di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan,” kata dr Ina.
Di wilayah-wilayah tersebut, dr Ina mengatakan bahwa Kemenkes memperkirakan ada sekitar 40 ribu hingga 230 ribu kasus TBC.
“Data sampai awal bulan Maret 2025, kami sudah menemukan kasus sekitar 81 persen, atau 889.133 kasus,” kata dr Ina.
“Kalau kita lihat setiap tahunnya ada peningkatan upaya penemuan-penemuan kasus. Lalu untuk kasus yang diobati juga mengalami peningkatan, sampai tahun ini sudah 90 persen (802.228 kasus),” sambungnya.
Dalam upaya menekan kasus TBC di Indonesia, Kemenkes mengakui masih menemukan hambatan a.l terjadinya kelambatan pelaporan. Kasusnya ada, pasiennya ada tapi tidak terlaporkan. Kalaupun terlaporkan itu tertunda satu sampai enam bulan.
Ada juga yang terlambat atau tidak terdiagnosis, bisa disebabkan pengetahuan nakes-nya atau alat diagnostik serta investigasi kontak belum optimal sehingga membutuhkan peran puskesmas dan kader-kader.
(imbcnews/Theo/sumber diolah: detik.com)